Alhamdulillah. Pada dasarnya setiap orang menginginkan
keuntungan bagi dirinya sekaligus dengan menghindari bermacam kerugian
sebisanya. Dengan kata lain, kita mencari nikmat dan menjauhi derita. Dengan
kata lain pula, kita senang kepada hal2 yang memberi manfaat dan benci kepada
hal2 yang mendatangkan mudhorot. Sayangnya, hanya sedikit orang yang menyadari
bahwa bersama nikmat tersembunyi derita sebagaimana halnya bersama kesulitan
selalu terdapat kemudahan. Selanjutnya, perbedaan terletak pada keyakinan
masing2.
Seseorang yang mengetahui bahwa kerja lembur
menguntungkan dirinya secara finansial, maka dia akan berusaha untuk selalu
kerja lembur. Bahkan meskipun dengan cara meninggalkan hal2 lain yang bagi
orang lain lebih bernilai dan lebih bermanfaat. Seseorang yang memahami bahwa
memulung sampah itu memberi manfaat buat dirinya, maka dia akan melakukannya
tanpa rasa sungkan dan menjadi tidak peduli dengan panas dan hujan yang
menerpanya. Seseorang yang yakin dengan suatu jalan, maka dia akan menempuhnya
walaupun di jalan itu ada banyak rintangan.
Amal agama merupakan ekspresi atau ungkapan atas apa2
yang terkandung dalam hati kita. Bahkan hati kita se-olah2 supir yang
mengendalikan kemana dan bagaimana anggota tubuh kita bergerak. Karenanya, jika
yang terkandung dalam hati sanubari seseorang adalah keutamaan2 agama, maka
kita akan dapat melihat perwujudan dari amal2 agama pada mata kita, tangan
kita, badan kita dan sebagainya. Sebaliknya, jika yang terkandung di hati
sanubari adalah hal2 yang lain, maka kita juga akan mendapatkan ekspresi yang
sesuai dengan kandungannya.
Dalam hal ini orang tua memberi perumpamaan dengan
pesawat. Jika pesawat didorong atau ditarik, maka dia akan bergerak, akan
tetapi laju geraknya tidak secepat jika digerakkan oleh mesinnya sendiri. Jika
didorong atau ditarik, pesawat akan bergerak juga, tapi bukan gerak aslinya.
Geraknya sesuai dengan tenaga pendorong atau penariknya. Berbeda dengan hal
itu, pesawat yang digerakkan oleh mesinnya sendiri akan melaju dengan kekuatan
penuh yang besar yang dapat memberi manfaat kepada para penumpangnya.
Perkara yang sama juga berlaku bagi anak istri kita dalam
mengamalkan agama. Sama seperti mesin pesawat, potensi dalaman mereka yang luar
biasa dapat dihidupkan, maka kekuatan itu dapat menggerakkan jasad mereka
kepada kecenderungan2 apa saja yang kita tanam dalam hati mereka. Dan jika hati
mereka dipenuhi dengan keutamaan2 amal agama, maka kelak kita akan mendapatkan
amal perbuatannya sama seperti yang dituntut dari agama ini.
Hampir dapat dipastikan bahwa hasil yang baik selalu
didahului oleh usaha dan kesungguhan dalam memperolehnya. Dan usaha itu sendiri
tidak pernah terlepas dari masa atau waktu. Artinya, siapapun yang berusaha
maka dia mesti menggunakan waktu yang tertentu. Dan untuk menghadirkan
keutamaan2 (fadhilah) amal ke dalam hati orang2 yang kita sayangi, maka kita
juga memerlukan waktu yang khas. Tanpa hal itu, maka kandungan dan
kecenderungan hati mereka tidak akan sama dengan apa yang kita miliki atau yang
kita usahakan untuk memilikinya.
Ta'lim bersama, seumpama dengan membaca buku2 fadhilah
amal, akan mensinkronkan kadar kecintaan mereka kepada agama dengan apa yang
telah kita peroleh. Dan ini memerlukan waktu yang tertentu. Dengan
mengkondisikan keadaan rumah kita sebagaimana keadaan masjid nabawi pada masa
hayat Rasulullah (saw) yang hidup dengan amalan dakwah, ta'lim, ibadah dan
khidmat, kelak kita akan dapat memperoleh dari ahli keluarga kita sebagaimana
Rasulullah (saw) telah mendapatkannya dari para sahabatnya.
Jika istri dan anak2 kita masih berat melakukan ta'lim
bersama kita, maka cara yang bijaksana adalah dengan memulainya dari diri kita
sendiri. Untuk itu kita perlu menyediakan waktu yang khas setiap hari, lalu
kita istiqomah atas urusan ini. Jika kita sungguh2, maka kita akan mengalahkan
urusan lain dengan memenangkan ta'lim setiap hari.
Ada dua hal yang dapat menunjang usaha kita, yakni dengan
mengkondisikan suasana masjid di rumah kita dan dengan menghadirkan diri kita
di masjid2 yang ada amal masjid seperti amal masjid nabawi.
Mengkondisikan suasana masjid di rumah kita tidak berarti
dengan cara merehab rumah menjadi seperti masjid, tapi hal itu lebih kepada
usaha untuk mengubah suasana hotel (yakni menjadikan rumah untuk tidur saja),
restauran (yakni menjadikan rumah untuk makan saja) atau bioskop (yakni
menjadikan rumah untuk nonton saja) kepada suasana masjid yang hidup dengan
amal2 dakwah, ta'lim, ibadah dan khidmat.
Jika kita (para suami) merasa berat untuk melakukan hal
itu, maka sudah selayaknya kita sendiri yang terlebih dahulu masuk kedalam
suasana seperti itu. Lalu bagaimana caranya? Untuk urusan ini kita dapat
merencanakan cuti sekira 3 hari lalu bergabung dengan orang2 yang sedang
berusaha ke arah yang sama di masjid2 yang tak jauh dari tempat kita tinggal.
Dan jika kita benar2 mencintai mereka, maka cuti 3 hari masih tidak sebanding
dengan kelalaian kita selama ini dalam membiarkan suasana2 hotel, restauran dan
bioskop mendominasi rumah kita.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar