Masya Allah. Dulu, waktu saya beranjak remaja, saya
pernah ingin untuk segera menjadi dewasa. Agar nampak dewasa, maka saya
mengenakan pakaian ayah saya. Tentu saja, badan saya yang masih kecil menjadi
tenggelam dalam pakaian yang 'kedombrangan'. Lalu bisa kita bayangkan, betapa
'lucu' keadaan saya saat itu, atau mungkin juga malah jelek (hal itu bergantung
kepada siapa yang memandang saya). Memang, apa2 yang berlaku sebelum sampai
pada waktunya seringkali nampak aneh dan janggal.
Ketika Usman bin Affan (ra) diutus oleh Rasulullah (saw)
kepada kaum musyrikin Mekkah dengan maksud agar mereka dapat memasukki Mekkah
tanpa memutuskan tali silaturrahmi (yakni pada saat2 menjelang disepakatinya
perjanjian Hudaibiyah), beberapa orang dari kaum musyrikin telah mentertawakan
pakaian Usman (ra) yang tergantung sebatas betis. Mereka menawarkan pakaian
yang lebih layak dan lebih indah yang seharusnya dikenakan olehnya. Akan
tetapi, tanpa rasa rendah diri, Usman (ra) mengatakan bahwa demikianlah pakaian
yang ditiru oleh kaum muslimin dari Rasulullah saw.
Dan tentu saja, kisah diatas adalah bagian kecil dari
gambaran bagaimana sahabat2 terdekat Rasulullah sangat bergairah mengikuti apa
saja yang dapat ditiru dari Rasulullah (saw), dari ujung rambut sampai ujung
kakinya, dari pandangan mata hingga ke langkah2 yang ditempuh kakinya, dari
apa2 yang disimpan di hati hingga ke pemikiran dan kerisauannya, dari cara mengatur
ucapan hingga cara mendengarkan pembicaraan orang lain, dan seterusnya.
Adapun kita, ummat akhir zaman, benar2 sudah sangat jauh
dari masa kerasulan nabi Muhammad (saw). Diantara kita ada orang2 yang dapat
memadukan keadaan saat ini dengan nilai2 dasar yang telah disampaikan oleh
Rasulullah (saw). Tidak ada celaan kepada mereka, bahkan mereka adalah orang2
yang fleksible. Barangkali mereka seperti ilalang yang mudah condong ke arah
angin bertiup. Akan tetapi keadaan mereka yang demikian justru memungkinkan
mereka lebih kuat menahan badai tinimbang pohon yang nampak kokoh.
Selain itu, diantara kita juga hadir orang2 yang
kecintaan kepada sunnah Rasulullah (saw) sedemikian rupa sehingga orang2 yang
tidak memahami kedalaman cinta mereka cenderung memandang mereka sebagai orang2
'gila'. Sahabat2 dekat Rasulullah bahkan meniru apa2 yang mereka lihat langsung
dari Rasulullah (saw) meskipun secara logika awam tidak layak dilakukan,
seumpama mengambil makanan yang terjatuh ke tanah, membersihkannya dan memakannya
dengan yakin yang sempurna bahwa hal itu barokah dan menyehatkan, karena mereka
melihat sendiri bagaimana Rasulullah (saw) melakukan hal itu.
Semakin banyak seseorang mengetahui kelakuan Rasulullah
(saw) -sementara dakwah telah menjadikannya semakin cinta kepada agama ini-,
maka semakin besarlah keinginannya untuk mengamalkan apa saja yang dapat
dilakukannya. Orang2 seperti ini akan berterusan hadir di muka bumi, insya
Allah. Mereka melakukan bahkan kelakuan apa saja yang mereka meyakininya bahwa
Rasulullah (saw) pernah melakukannya. Dan mereka tidak malu dengan cibiran dan
hinaan manusia. Namun demikian, kelebihan yang mereka miliki tidak seharusnya
menjadikan mereka sombong dengan memaksa orang2 yang belum sampai ke tahap
mereka untuk melakukan apa2 yang telah dapat mereka lakukan.
Mengamalkan sunnah dapat berarti menyederhanakan
kehidupan kita, sekaligus mengurangi ketergantungan kita kepada hal2 yang tidak
sederhana, baik yang disadari ataupun tidak disadari. Namun demikian, kenyataan
hari ini adalah bahwa keadaan kita (para da'i, para karkun) sangat bervariasi.
Karenanya penerimaan kita terhadap sesama kita sedemikian rupa, sehingga kita
salut kepada orang2 yang sudah dapat istiqomah dengan gamis, topi, celak,
jenggot, tongkat atau hal2 lain yang seumpama dengan itu dan kita tidak mencela
orang2 yang terikat dengan dunianya sebagaimana orang2 'dunia' hari ini
menampilkan dirinya.
Kecintaan orang2 tertentu terhadap sunnah Rasulullah
(saw) barangkali setinggi langit. Akan tetapi, tidak semua yang tinggi dapat
selalu diraih. Karenanya, apa2 yang dapat mereka lakukan maka mereka akan
melakukannya dan apa saja yang belum dapat mereka lakukan maka mereka akan
menanam niat dalam2 untuk melakukannya suatu masa kelak. Dan ketika kita tahu
bahwa keadaan dunia saat ini tidak atau belum kondusif untuk urusan itu, maka
ketahuilah bahwa Allah (swt) mengetahui keberadaan setiap niat baik yang
dikandung dalam hati seluruh hamba2-Nya. Dan Allah (swt) maha mensyukuri apa
saja yang ditujukan kepada-Nya.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar