06/07/2012

Sunnah Rasulullah

Masya Allah. Dulu, waktu saya beranjak remaja, saya pernah ingin untuk segera menjadi dewasa. Agar nampak dewasa, maka saya mengenakan pakaian ayah saya. Tentu saja, badan saya yang masih kecil menjadi tenggelam dalam pakaian yang 'kedombrangan'. Lalu bisa kita bayangkan, betapa 'lucu' keadaan saya saat itu, atau mungkin juga malah jelek (hal itu bergantung kepada siapa yang memandang saya). Memang, apa2 yang berlaku sebelum sampai pada waktunya seringkali nampak aneh dan janggal. 




Ketika Usman bin Affan (ra) diutus oleh Rasulullah (saw) kepada kaum musyrikin Mekkah dengan maksud agar mereka dapat memasukki Mekkah tanpa memutuskan tali silaturrahmi (yakni pada saat2 menjelang disepakatinya perjanjian Hudaibiyah), beberapa orang dari kaum musyrikin telah mentertawakan pakaian Usman (ra) yang tergantung sebatas betis. Mereka menawarkan pakaian yang lebih layak dan lebih indah yang seharusnya dikenakan olehnya. Akan tetapi, tanpa rasa rendah diri, Usman (ra) mengatakan bahwa demikianlah pakaian yang ditiru oleh kaum muslimin dari Rasulullah saw.

Dan tentu saja, kisah diatas adalah bagian kecil dari gambaran bagaimana sahabat2 terdekat Rasulullah sangat bergairah mengikuti apa saja yang dapat ditiru dari Rasulullah (saw), dari ujung rambut sampai ujung kakinya, dari pandangan mata hingga ke langkah2 yang ditempuh kakinya, dari apa2 yang disimpan di hati hingga ke pemikiran dan kerisauannya, dari cara mengatur ucapan hingga cara mendengarkan pembicaraan orang lain, dan seterusnya.

Adapun kita, ummat akhir zaman, benar2 sudah sangat jauh dari masa kerasulan nabi Muhammad (saw). Diantara kita ada orang2 yang dapat memadukan keadaan saat ini dengan nilai2 dasar yang telah disampaikan oleh Rasulullah (saw). Tidak ada celaan kepada mereka, bahkan mereka adalah orang2 yang fleksible. Barangkali mereka seperti ilalang yang mudah condong ke arah angin bertiup. Akan tetapi keadaan mereka yang demikian justru memungkinkan mereka lebih kuat menahan badai tinimbang pohon yang nampak kokoh.

Selain itu, diantara kita juga hadir orang2 yang kecintaan kepada sunnah Rasulullah (saw) sedemikian rupa sehingga orang2 yang tidak memahami kedalaman cinta mereka cenderung memandang mereka sebagai orang2 'gila'. Sahabat2 dekat Rasulullah bahkan meniru apa2 yang mereka lihat langsung dari Rasulullah (saw) meskipun secara logika awam tidak layak dilakukan, seumpama mengambil makanan yang terjatuh ke tanah, membersihkannya dan memakannya dengan yakin yang sempurna bahwa hal itu barokah dan menyehatkan, karena mereka melihat sendiri bagaimana Rasulullah (saw) melakukan hal itu.

Semakin banyak seseorang mengetahui kelakuan Rasulullah (saw) -sementara dakwah telah menjadikannya semakin cinta kepada agama ini-, maka semakin besarlah keinginannya untuk mengamalkan apa saja yang dapat dilakukannya. Orang2 seperti ini akan berterusan hadir di muka bumi, insya Allah. Mereka melakukan bahkan kelakuan apa saja yang mereka meyakininya bahwa Rasulullah (saw) pernah melakukannya. Dan mereka tidak malu dengan cibiran dan hinaan manusia. Namun demikian, kelebihan yang mereka miliki tidak seharusnya menjadikan mereka sombong dengan memaksa orang2 yang belum sampai ke tahap mereka untuk melakukan apa2 yang telah dapat mereka lakukan.

Mengamalkan sunnah dapat berarti menyederhanakan kehidupan kita, sekaligus mengurangi ketergantungan kita kepada hal2 yang tidak sederhana, baik yang disadari ataupun tidak disadari. Namun demikian, kenyataan hari ini adalah bahwa keadaan kita (para da'i, para karkun) sangat bervariasi. Karenanya penerimaan kita terhadap sesama kita sedemikian rupa, sehingga kita salut kepada orang2 yang sudah dapat istiqomah dengan gamis, topi, celak, jenggot, tongkat atau hal2 lain yang seumpama dengan itu dan kita tidak mencela orang2 yang terikat dengan dunianya sebagaimana orang2 'dunia' hari ini menampilkan dirinya.

Kecintaan orang2 tertentu terhadap sunnah Rasulullah (saw) barangkali setinggi langit. Akan tetapi, tidak semua yang tinggi dapat selalu diraih. Karenanya, apa2 yang dapat mereka lakukan maka mereka akan melakukannya dan apa saja yang belum dapat mereka lakukan maka mereka akan menanam niat dalam2 untuk melakukannya suatu masa kelak. Dan ketika kita tahu bahwa keadaan dunia saat ini tidak atau belum kondusif untuk urusan itu, maka ketahuilah bahwa Allah (swt) mengetahui keberadaan setiap niat baik yang dikandung dalam hati seluruh hamba2-Nya. Dan Allah (swt) maha mensyukuri apa saja yang ditujukan kepada-Nya.

Subhanallah. 

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...