27/07/2012

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (QS 28:24)



Dan Allah (swt) yang maha gagah perkasa sangat mengetahui apa-apa yang paling diperlukan oleh hamba-hambaNya. Adapun atas doa Musa (as) tersebut, Allah (swt) tidak saja memberi makanan yang diperlukan untuk mengganjal perutnya, tetapi Dia juga memberinya istri yang akan melahirkan anak-anaknya di kemudian hari.

Kisah selengkapnya dari doa untuk mendapatkan jodoh adalah seperti yang diabadikan Allah (swt) dalam Al Qura'an surat Al Qashash 28 ayat 23-28.

Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya) dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya."

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syuaib berkata, "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu."

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (dengan menjadikannya bagian dari keluarga kita)."

Berkatalah dia (Syuaib), "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."

Dia (Musa) berkata, "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan."

Sebagaimana Allah (swt) telah mengajar kita dengan kisah Musa (as), kira-kira demikianlah Dia menghendaki kita untuk meringankan kaki dan tangan kita untuk berkhidmat kepada orang-orang yang layak menerimanya tanpa sedikitpun mengharapkan balasan dari mereka. Sebagaimana nabi Musa (as), Allah (swt) menghendaki kita agar kita meminta kepada-Nya saja. Dan jika telah sampai ketetapan Allah, maka Dia sendiri yang akan memberi balasan (baca: jodoh) dengan cara yang seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Subhanallah. 

20/07/2012

Cinta Allah & Rasul

Alhamdulillah. Satu ketika seorang sahabat Rasulullah saw mendapati suatu keadaan di dalam hatinya yang sedemikian rupa sehingga dia menyangka bahwa dirinya telah berubah menjadi munafik. Sahabat itu Hanzalah ra. namanya.



Sebelum itu, dia bersama sahabat2 yang lain berada dalam suatu majelis saat Rasulullah saw menerangkan perihal akhirat. Sedemikian rupa Rasulullah saw menjelaskan, sehingga siapa pun yang hadir se-olah2 dapat melihat surga dan neraka di depan mereka, maka air mata pun berguguran tanpa dapat mereka menahannya.

Selepas itu, perbincangan2, senda gurau dalam keluarga di rumah telah membuat Hanzalah merasa suka hati. Sejurus kemudian, dia pun menyadari betapa keadaan hatinya telah berubah 180 derajat dibandingkan dengan saat bersama Rasulullah saw. Suasana hati di rumah berbeda dengan di masjid. Lalu dia menyimpulkan dirinya sendiri bahwa dia seorang munafik.

Menyadari 'kekeliruannya' tersebut, maka Hanzalah berlari keluar rumah dan berteriak, "Hanzalah telah munafik… Hanzalah telah munafik…" Demikian dia mengumumkan perubahan dirinya hingga dia bertemu dengan sahabat Abu Bakar ra.

Setelah tahu duduk masalahnya, Abu Bakar pula merasa dirinya serupa dengan Hanzalah. Maka keduanya pergi menjumpai Rasulullah saw, menyampaikan masalah mereka dan berharap agar Rasulullah saw dapat memberi mereka jalan keluarnya.

“Demikianlah keadaan manusia. Kalau saja mereka dapat menjaga keadaan hati mereka sebagaimana saat bersama Rasulullah saw, niscaya malaikat2 akan menyalami mereka dimana saja mereka berada. Sayangnya, keadaan yang demikian sangat jarang terjadi.” Demikian kira2 penjelasan Rasulullah saw kepada keduanya atau dengan kata2 yang seumpama dengan itu.

Dan kita tahu bahwa keduanya adalah sahabat2 yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu, biarkan saja segala sesuatu di sekitar kita berjalan dengan sewajarnya dan sebagaimana mestinya. Yang penting dalam hal ini adalah, bersamaan dengan bergeraknya masa ke depan, kita berusaha untuk memperbaiki hati dan niat kita dengan cara berusaha menunaikan takaza2 agama dan dengan menyempurnakan amal2 agama sesuai dengan batas2 kemampuan terbaik kita.

Hari ini, barangkali kita belum sebaik orang2 yang sudah ‘sampai’. Namun demikian, pengalaman telah mengajarkan kita, bahwa usaha kita di jalan dakwah adalah usaha yang hak, yang pada gilirannya dapat menjadikan kita cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya. Tentu saja, perkara yang demikian dapat terwujud karena dakwah sendiri adalah sarana utama yang dapat menyampaikan kita kepada Allah swt.

Tahapan untuk itu adalah:
1.  Belajar, yakni dengan cara melihat, mendengar, membaca dan muzakarah atau tukar pikiran saat keluar dakwah atau saat buat amal maqomi (tempatan).
2.  Beramal dengan berusaha memprioritaskan amal2 yang sudah dapat kita lakukan secara istiqomah dan berusaha menunaikan amal2 yang sudah kita tahu.
3.  Berdakwah dengan kemampuan sendiri (harta & diri) pada setiap keadaan yang memungkinkan kita melakukan hal itu (karena dakwah adalah maksud hidup kita).
4.  Bereplikasi, yaitu dengan berusaha menjadikan orang2 lain berbuat serupa dengan apa yang kita lakukan, setidaknya menjadikan mereka da’i2 bagi keluarganya.

Ajib, kita akan merasakan perubahan ke arah yang lebih baik, segera setelah kita melakukannya. Jangankan orang2 yang sudah punya dasar2 agama yang baik, bahkan para penjahat pun dapat berubah ke arah yang lebih baik asbab kerja dakwah ini. Dan kalau saja kita dapat bergerak di muka bumi hingga ke pelosok2-nya, maka bukti2 itu akan nampak di depan mata kita. Dengan bergerak, yakin kita akan kerja nabi dan rasul ini akan terus bertambah baik, insya Allah.

Bunga2 iman, seumpama menangis dalam sholat yang melegakan, memberi sesuatu kepada orang lain dengan tanpa merasa rugi, atau amal2 ikhlas lainnya yang seumpama dengan itu, dapat kita jumpai lebih banyak di jalan dakwah. Maka saat2 iman kita sedang naik adalah saat2 terbaik untuk buat keputusan keluar di jalan Allah. Dan saat2 ketika iman kita sedang baik adalah saat2 terbaik untuk dapat memahami agama ini. Untuk itu, mari kita melapangkan masa untuk keluar dakwah.

Subhanallah. 

13/07/2012

Madrasah Kita

Alhamdulillah. Pada dasarnya setiap orang menginginkan keuntungan bagi dirinya sekaligus dengan menghindari bermacam kerugian sebisanya. Dengan kata lain, kita mencari nikmat dan menjauhi derita. Dengan kata lain pula, kita senang kepada hal2 yang memberi manfaat dan benci kepada hal2 yang mendatangkan mudhorot. Sayangnya, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa bersama nikmat tersembunyi derita sebagaimana halnya bersama kesulitan selalu terdapat kemudahan. Selanjutnya, perbedaan terletak pada keyakinan masing2. 



Seseorang yang mengetahui bahwa kerja lembur menguntungkan dirinya secara finansial, maka dia akan berusaha untuk selalu kerja lembur. Bahkan meskipun dengan cara meninggalkan hal2 lain yang bagi orang lain lebih bernilai dan lebih bermanfaat. Seseorang yang memahami bahwa memulung sampah itu memberi manfaat buat dirinya, maka dia akan melakukannya tanpa rasa sungkan dan menjadi tidak peduli dengan panas dan hujan yang menerpanya. Seseorang yang yakin dengan suatu jalan, maka dia akan menempuhnya walaupun di jalan itu ada banyak rintangan.

Amal agama merupakan ekspresi atau ungkapan atas apa2 yang terkandung dalam hati kita. Bahkan hati kita se-olah2 supir yang mengendalikan kemana dan bagaimana anggota tubuh kita bergerak. Karenanya, jika yang terkandung dalam hati sanubari seseorang adalah keutamaan2 agama, maka kita akan dapat melihat perwujudan dari amal2 agama pada mata kita, tangan kita, badan kita dan sebagainya. Sebaliknya, jika yang terkandung di hati sanubari adalah hal2 yang lain, maka kita juga akan mendapatkan ekspresi yang sesuai dengan kandungannya.

Dalam hal ini orang tua memberi perumpamaan dengan pesawat. Jika pesawat didorong atau ditarik, maka dia akan bergerak, akan tetapi laju geraknya tidak secepat jika digerakkan oleh mesinnya sendiri. Jika didorong atau ditarik, pesawat akan bergerak juga, tapi bukan gerak aslinya. Geraknya sesuai dengan tenaga pendorong atau penariknya. Berbeda dengan hal itu, pesawat yang digerakkan oleh mesinnya sendiri akan melaju dengan kekuatan penuh yang besar yang dapat memberi manfaat kepada para penumpangnya.

Perkara yang sama juga berlaku bagi anak istri kita dalam mengamalkan agama. Sama seperti mesin pesawat, potensi dalaman mereka yang luar biasa dapat dihidupkan, maka kekuatan itu dapat menggerakkan jasad mereka kepada kecenderungan2 apa saja yang kita tanam dalam hati mereka. Dan jika hati mereka dipenuhi dengan keutamaan2 amal agama, maka kelak kita akan mendapatkan amal perbuatannya sama seperti yang dituntut dari agama ini.

Hampir dapat dipastikan bahwa hasil yang baik selalu didahului oleh usaha dan kesungguhan dalam memperolehnya. Dan usaha itu sendiri tidak pernah terlepas dari masa atau waktu. Artinya, siapapun yang berusaha maka dia mesti menggunakan waktu yang tertentu. Dan untuk menghadirkan keutamaan2 (fadhilah) amal ke dalam hati orang2 yang kita sayangi, maka kita juga memerlukan waktu yang khas. Tanpa hal itu, maka kandungan dan kecenderungan hati mereka tidak akan sama dengan apa yang kita miliki atau yang kita usahakan untuk memilikinya.

Ta'lim bersama, seumpama dengan membaca buku2 fadhilah amal, akan mensinkronkan kadar kecintaan mereka kepada agama dengan apa yang telah kita peroleh. Dan ini memerlukan waktu yang tertentu. Dengan mengkondisikan keadaan rumah kita sebagaimana keadaan masjid nabawi pada masa hayat Rasulullah (saw) yang hidup dengan amalan dakwah, ta'lim, ibadah dan khidmat, kelak kita akan dapat memperoleh dari ahli keluarga kita sebagaimana Rasulullah (saw) telah mendapatkannya dari para sahabatnya.

Jika istri dan anak2 kita masih berat melakukan ta'lim bersama kita, maka cara yang bijaksana adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri. Untuk itu kita perlu menyediakan waktu yang khas setiap hari, lalu kita istiqomah atas urusan ini. Jika kita sungguh2, maka kita akan mengalahkan urusan lain dengan memenangkan ta'lim setiap hari.

Ada dua hal yang dapat menunjang usaha kita, yakni dengan mengkondisikan suasana masjid di rumah kita dan dengan menghadirkan diri kita di masjid2 yang ada amal masjid seperti amal masjid nabawi.

Mengkondisikan suasana masjid di rumah kita tidak berarti dengan cara merehab rumah menjadi seperti masjid, tapi hal itu lebih kepada usaha untuk mengubah suasana hotel (yakni menjadikan rumah untuk tidur saja), restauran (yakni menjadikan rumah untuk makan saja) atau bioskop (yakni menjadikan rumah untuk nonton saja) kepada suasana masjid yang hidup dengan amal2 dakwah, ta'lim, ibadah dan khidmat.

Jika kita (para suami) merasa berat untuk melakukan hal itu, maka sudah selayaknya kita sendiri yang terlebih dahulu masuk kedalam suasana seperti itu. Lalu bagaimana caranya? Untuk urusan ini kita dapat merencanakan cuti sekira 3 hari lalu bergabung dengan orang2 yang sedang berusaha ke arah yang sama di masjid2 yang tak jauh dari tempat kita tinggal. Dan jika kita benar2 mencintai mereka, maka cuti 3 hari masih tidak sebanding dengan kelalaian kita selama ini dalam membiarkan suasana2 hotel, restauran dan bioskop mendominasi rumah kita.

Subhanallah. 

06/07/2012

Sunnah Rasulullah

Masya Allah. Dulu, waktu saya beranjak remaja, saya pernah ingin untuk segera menjadi dewasa. Agar nampak dewasa, maka saya mengenakan pakaian ayah saya. Tentu saja, badan saya yang masih kecil menjadi tenggelam dalam pakaian yang 'kedombrangan'. Lalu bisa kita bayangkan, betapa 'lucu' keadaan saya saat itu, atau mungkin juga malah jelek (hal itu bergantung kepada siapa yang memandang saya). Memang, apa2 yang berlaku sebelum sampai pada waktunya seringkali nampak aneh dan janggal. 




Ketika Usman bin Affan (ra) diutus oleh Rasulullah (saw) kepada kaum musyrikin Mekkah dengan maksud agar mereka dapat memasukki Mekkah tanpa memutuskan tali silaturrahmi (yakni pada saat2 menjelang disepakatinya perjanjian Hudaibiyah), beberapa orang dari kaum musyrikin telah mentertawakan pakaian Usman (ra) yang tergantung sebatas betis. Mereka menawarkan pakaian yang lebih layak dan lebih indah yang seharusnya dikenakan olehnya. Akan tetapi, tanpa rasa rendah diri, Usman (ra) mengatakan bahwa demikianlah pakaian yang ditiru oleh kaum muslimin dari Rasulullah saw.

Dan tentu saja, kisah diatas adalah bagian kecil dari gambaran bagaimana sahabat2 terdekat Rasulullah sangat bergairah mengikuti apa saja yang dapat ditiru dari Rasulullah (saw), dari ujung rambut sampai ujung kakinya, dari pandangan mata hingga ke langkah2 yang ditempuh kakinya, dari apa2 yang disimpan di hati hingga ke pemikiran dan kerisauannya, dari cara mengatur ucapan hingga cara mendengarkan pembicaraan orang lain, dan seterusnya.

Adapun kita, ummat akhir zaman, benar2 sudah sangat jauh dari masa kerasulan nabi Muhammad (saw). Diantara kita ada orang2 yang dapat memadukan keadaan saat ini dengan nilai2 dasar yang telah disampaikan oleh Rasulullah (saw). Tidak ada celaan kepada mereka, bahkan mereka adalah orang2 yang fleksible. Barangkali mereka seperti ilalang yang mudah condong ke arah angin bertiup. Akan tetapi keadaan mereka yang demikian justru memungkinkan mereka lebih kuat menahan badai tinimbang pohon yang nampak kokoh.

Selain itu, diantara kita juga hadir orang2 yang kecintaan kepada sunnah Rasulullah (saw) sedemikian rupa sehingga orang2 yang tidak memahami kedalaman cinta mereka cenderung memandang mereka sebagai orang2 'gila'. Sahabat2 dekat Rasulullah bahkan meniru apa2 yang mereka lihat langsung dari Rasulullah (saw) meskipun secara logika awam tidak layak dilakukan, seumpama mengambil makanan yang terjatuh ke tanah, membersihkannya dan memakannya dengan yakin yang sempurna bahwa hal itu barokah dan menyehatkan, karena mereka melihat sendiri bagaimana Rasulullah (saw) melakukan hal itu.

Semakin banyak seseorang mengetahui kelakuan Rasulullah (saw) -sementara dakwah telah menjadikannya semakin cinta kepada agama ini-, maka semakin besarlah keinginannya untuk mengamalkan apa saja yang dapat dilakukannya. Orang2 seperti ini akan berterusan hadir di muka bumi, insya Allah. Mereka melakukan bahkan kelakuan apa saja yang mereka meyakininya bahwa Rasulullah (saw) pernah melakukannya. Dan mereka tidak malu dengan cibiran dan hinaan manusia. Namun demikian, kelebihan yang mereka miliki tidak seharusnya menjadikan mereka sombong dengan memaksa orang2 yang belum sampai ke tahap mereka untuk melakukan apa2 yang telah dapat mereka lakukan.

Mengamalkan sunnah dapat berarti menyederhanakan kehidupan kita, sekaligus mengurangi ketergantungan kita kepada hal2 yang tidak sederhana, baik yang disadari ataupun tidak disadari. Namun demikian, kenyataan hari ini adalah bahwa keadaan kita (para da'i, para karkun) sangat bervariasi. Karenanya penerimaan kita terhadap sesama kita sedemikian rupa, sehingga kita salut kepada orang2 yang sudah dapat istiqomah dengan gamis, topi, celak, jenggot, tongkat atau hal2 lain yang seumpama dengan itu dan kita tidak mencela orang2 yang terikat dengan dunianya sebagaimana orang2 'dunia' hari ini menampilkan dirinya.

Kecintaan orang2 tertentu terhadap sunnah Rasulullah (saw) barangkali setinggi langit. Akan tetapi, tidak semua yang tinggi dapat selalu diraih. Karenanya, apa2 yang dapat mereka lakukan maka mereka akan melakukannya dan apa saja yang belum dapat mereka lakukan maka mereka akan menanam niat dalam2 untuk melakukannya suatu masa kelak. Dan ketika kita tahu bahwa keadaan dunia saat ini tidak atau belum kondusif untuk urusan itu, maka ketahuilah bahwa Allah (swt) mengetahui keberadaan setiap niat baik yang dikandung dalam hati seluruh hamba2-Nya. Dan Allah (swt) maha mensyukuri apa saja yang ditujukan kepada-Nya.

Subhanallah. 

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...