10/10/2008

Salah Sangka

Subhanallah. Ketika Allah mengumpulkan kita di salah satu dari rumah2-Nya yang ada di bumi, kita merasa bahwa kita adalah orang2 yang dipersaudarakan-Nya. Dan ketika kita tinggal di rumah-Nya lebih dari sekedar untuk keperluan sholat dan tilawah Qur’an, ternyata di sana Allah membukakan mata hati kita. Betapa rumah2-Nya menyimpan banyak keindahan dan kebaikan, sebanyak cinta yang kita tanam di sana.

Ketika kita tinggal di rumah2-Nya untuk jangka waktu tertentu, kita dapati bahwa kita adalah musafir. Kita sedang dalam perjalanan sebagaimana gerak kita dari satu masjid ke masjid yang lain. Kita menjadi sadar bahwa kita adalah hamba2-Nya yang miskin sedangkan Allah maha kaya dan memiliki khasanah yang tak terbatas. Tidak diberi-Nya kita tempat berteduh kecuali sebagaimana yang Dia kehendaki.

Kita juga menyadari bahwa kita adalah orang2 yang beruntung yang digunakan-Nya untuk meninggikan kalimah-Nya, padahal Dia mampu untuk meninggikan sendiri kalimah-Nya. Dia maha tinggi sehingga segala sesuatu yang terhubung dengan-Nya menjadi tinggi. Bila seseorang terlibat dengan kerja yang Allah suka, maka yang demikian adalah tanda bahwa Dia sedang meninggikan kedudukannya di sisi-Nya.

Kita sudah melihat kebaikan2 itu. Kita sudah merasakan kebenaran ada di sana. Kita sudah menyaksikan betapa banyak orang yang mendapat manfaat iman dari gerak sebagaimana yang kita lakukan. Kita menangis bahkan dalam sholat sebagaimana para salafus shaleh melakukannya. Kita menahan malu untuk mendatangi setiap orang dan membawa mereka kepada Allah sebagaimana da’i2 generasi awal melakukannya. Kita amalkan sunnah dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kita selalu mencoba untuk belajar berakhlak sebagaimana suri teladan kita. Lebih dari itu semua, kita sering saling mengingatkan bahwa kerisauan kita adalah keselamatan ummat, sama seperti kerisauan Rasulullah saw.

Lalu, kenapa masih saja ada orang2 yang salah memandang kita? Orang2 miskin menyangka bahwa kita adalah orang2 kaya, karena hanya orang2 kaya yang memiliki uang lebih untuk biaya keluar di jalan Allah. Akan tetapi orang2 kaya menyangka bahwa kita adalah orang2 miskin, karena hanya orang2 miskin yang tidak perlu cari uang (banyak2), karena itu mereka dapat keluar di jalan-Nya.

Adalah orang2 awam menyangka bahwa kita adalah orang2 ‘alim, karena hanya orang2 ‘alim yang punya bekal untuk menyampaikan agama. Akan tetapi orang2 ‘alim menyangka bahwa kita adalah orang2 awam, karena hanya orang2 awam yang perlu belajar agama, karena itu mereka keluar di jalan-Nya.

Adapun orang2 yang menganggap amalan nenek moyang mereka adalah luhur menyangka bahwa kita adalah orang2 ahli sunnah, karena hanya orang2 yang ahli yang dapat mempraktekkan sunnah2 Rasulullah. Akan tetapi orang2 yang menganggap semua amalan mereka berasal dari sunnah nabi menyangka bahwa kita adalah ahli bid’ah, karena mereka tidak menemukan ‘dalil yang hilang’ untuk keluar di jalan-Nya, padahal kita menemukannya justru pada saat kita mengamalkannya. 

Sungguh, urusan ini ada di tangan Allah. Dialah yang lebih mengetahui bagaimana meninggikan kalimah-Nya sendiri. Dialah yang tahu secara pasti cara terbaik untuk menyiarkan agama-Nya. Dia mengetahui setiap detil dari rencana2 besar yang dirahasiakan-Nya sendiri. Untuk itu, tidak ada gunanya kita berkelahi. Kita tidak ingin bertarung dengan sesama kita. Kita mesti saling dukung untuk menyenangkan-Nya saja.

Subhanallah. 

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...