Subhanallah. Ketika Allah mengumpulkan kita di salah satu dari
rumah2-Nya yang ada di bumi, kita merasa bahwa kita adalah orang2 yang
dipersaudarakan-Nya. Dan ketika kita tinggal di rumah-Nya lebih dari sekedar
untuk keperluan sholat dan tilawah Qur’an, ternyata di sana Allah membukakan mata hati kita. Betapa
rumah2-Nya menyimpan banyak keindahan dan kebaikan, sebanyak cinta yang kita
tanam di sana .
Ketika kita tinggal di rumah2-Nya untuk jangka waktu tertentu,
kita dapati bahwa kita adalah musafir. Kita sedang dalam perjalanan sebagaimana
gerak kita dari satu masjid ke masjid yang lain. Kita menjadi sadar bahwa kita
adalah hamba2-Nya yang miskin sedangkan Allah maha kaya dan memiliki khasanah
yang tak terbatas. Tidak diberi-Nya kita tempat berteduh kecuali sebagaimana
yang Dia kehendaki.
Kita juga menyadari bahwa kita adalah orang2 yang beruntung yang
digunakan-Nya untuk meninggikan kalimah-Nya, padahal Dia mampu untuk
meninggikan sendiri kalimah-Nya. Dia maha tinggi sehingga segala sesuatu yang
terhubung dengan-Nya menjadi tinggi. Bila seseorang terlibat dengan kerja yang
Allah suka, maka yang demikian adalah tanda bahwa Dia sedang meninggikan
kedudukannya di sisi-Nya.
Kita sudah melihat kebaikan2 itu. Kita sudah merasakan kebenaran
ada di sana .
Kita sudah menyaksikan betapa banyak orang yang mendapat manfaat iman dari
gerak sebagaimana yang kita lakukan. Kita menangis bahkan dalam sholat
sebagaimana para salafus shaleh melakukannya. Kita menahan malu untuk
mendatangi setiap orang dan membawa mereka kepada Allah sebagaimana da’i2
generasi awal melakukannya. Kita amalkan sunnah dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Kita selalu mencoba untuk belajar berakhlak sebagaimana suri teladan
kita. Lebih dari itu semua, kita sering saling mengingatkan bahwa kerisauan
kita adalah keselamatan ummat, sama seperti kerisauan Rasulullah saw.
Lalu, kenapa masih saja ada orang2 yang salah memandang kita?
Orang2 miskin menyangka bahwa kita adalah orang2 kaya, karena hanya orang2 kaya
yang memiliki uang lebih untuk biaya keluar di jalan Allah. Akan tetapi orang2
kaya menyangka bahwa kita adalah orang2 miskin, karena hanya orang2 miskin yang
tidak perlu cari uang (banyak2), karena itu mereka dapat keluar di jalan-Nya.
Adalah orang2 awam menyangka bahwa kita adalah orang2 ‘alim,
karena hanya orang2 ‘alim yang punya bekal untuk menyampaikan agama. Akan
tetapi orang2 ‘alim menyangka bahwa kita adalah orang2 awam, karena hanya
orang2 awam yang perlu belajar agama, karena itu mereka keluar di jalan-Nya.
Adapun orang2 yang menganggap amalan nenek moyang mereka adalah
luhur menyangka bahwa kita adalah orang2 ahli sunnah, karena hanya orang2 yang
ahli yang dapat mempraktekkan sunnah2 Rasulullah. Akan tetapi orang2 yang
menganggap semua amalan mereka berasal dari sunnah nabi menyangka bahwa kita
adalah ahli bid’ah, karena mereka tidak menemukan ‘dalil yang hilang’ untuk
keluar di jalan-Nya, padahal kita menemukannya justru pada saat kita mengamalkannya.
Sungguh, urusan ini ada di tangan Allah. Dialah yang lebih
mengetahui bagaimana meninggikan kalimah-Nya sendiri. Dialah yang tahu secara
pasti cara terbaik untuk menyiarkan agama-Nya. Dia mengetahui setiap detil dari
rencana2 besar yang dirahasiakan-Nya sendiri. Untuk itu, tidak ada gunanya kita
berkelahi. Kita tidak ingin bertarung dengan sesama kita. Kita mesti saling
dukung untuk menyenangkan-Nya saja.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar