Subhanallah. Sejujurnya kita memang tidak tahu banyak tentang
agama dan hikmah2 yang masih dirahasiakan Allah. Kita hanya mengetahui sebatas
pada apa yang Dia berikan agar kita mengetahuinya. Bila sesorang mengaku bahwa
dia mengetahui segala2-nya, pasti dia telah berkata dusta. Bila seseorang
mengaku bahwa dia tahu lebih banyak daripada yang lain, tetap saja ada lebih
banyak lagi yang belum diketahuinya. Maka, adalah sangat tidak layak buat
seseorang diantara kita menjadi sombong, bahkan meski pada bidang yang paling
dikuasainya. Bila Allah suka, maka hanya Dia saja yang berhak mengenakan busana
kesombongan.
Barangkali hanya mereka yang pernah ‘camping’ yang dapat merasakan
nikmatnya kebersamaan dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang
tinggal di satu tempat untuk masa tertentu. Barangkali juga hanya mereka yang
pernah ‘jatuh cinta’ yang dapat merasakan nikmatnya pengorbanan dan penderitaan
atas cintanya. Dan barangkali hanya mereka yang punya sifat persahabatan
sekaligus kerisauan atas ummat saja yang dapat menilai kepentingan ‘keluar 3
hari’ di jalan Allah sebagaimana yang kita lakukan.
Adalah satu kenyataan hari ini bahwa tidak setiap orang dapat
keluar 3 hari, khusus untuk ishlah diri. Tidak setiap orang beruntung untuk
dapat melapangkan masanya sekedar 3 hari. Bahkan, tidak setiap orang yang kaya
waktu (yakni mereka yang tidak memiliki pekerjaan tertentu) dapat keluar di
jalan Allah. Memang, hanya orang2 yang dipilih-Nya saja yang memiliki kemapuan
untuk keluar di jalan-Nya. Tidak peduli apakah dia kaya atau miskin, berpendidikan
atau tidak, sehat atau sakit, ‘alim atau awam. Bila Allah tidak memilihnya
untuk maksud agama-Nya, maka dia akan memiliki beribu alasan untuk
menafikannya.
Barangkali saya termasuk mereka yang beruntung ketika dalam minggu
yang lalu dapat bergabung dengan rombongan 3 hari di Chonburi , Thailand .
Bila saja saya cari kesalahan2 mereka, tentu akan saya dapati di sana berbagai aib dan
ber-macam2 keburukan. Untung saja Allah swt selalu mengingatkan, bahwa Dia akan
menyempurnakan iman kita bila kita dapat mencintai saudara2 kita sebagaimana
kita mencintai diri kita sendiri. Dengan niat untuk memperbaiki diri sendiri
(dari segala kerusakan hati) sekaligus belajar mengamalkan agama, maka saya
mendapatkan manfaat iman di sana .
Muhammad Saleh, 37 tahun, telah 5 tahun memeluk Islam. Barangkali
dia lebih beruntung karena meski belum pas bacaannya dia sudah hafal Alfatihah.
Bandingkan dengan orang2 (Islam yang) lain yang kadang2 sudah tua tapi tak tahu
sedikitpun bacaan2 di dalam sholat. Bila saja kita mau memberi sedikit masa
kita seumpama untuk mendatangi mereka yang ‘tertinggal’, atau untuk mengetahui
apa saja yang sudah dipahami saudara2 kita atau perkara2 lain yang berhubungan
dengan agama ini, maka kita akan menjadi risau dengan keadaan mereka. Kita akan
dapati bahwa kualitas kita tidak sebaik kuantitas kita.
Bila saja kita mau memberikan masa kita untuk keperluan ini, maka
se-olah2 kita memaklumkan kepada yang lain bahwa kelebihan waktu yang kita
miliki adalah milik mereka, dan kita tahu bahwa mereka sangat memerlukannya.
Demi kepentingan mereka, kita tidak punya cukup masa untuk berdiskusi, seminar
ataupun debat2 yang berkepanjangan hanya untuk mengetahui siapa yang lebih
hebat diantara kita. Waktu yang Allah amanahkan agar kita membaginya kepada saudara2
kita, suka atau tidak, tetap harus kita tunaikan. Bila tidak, maka setiap dari
kita pun tahu apa nama bagi orang yang mengambil hak orang lain bagi
kepentingannya sendiri.
***
Abdurrazak berasal dari Bangladesh ,
9 tahun lamanya dia menuntut ilmu agama di sebuah pondok di Myanmar . Sudah
sekitar 30 tahun dia tinggal di rantau hingga akhirnya menetap di Pattaya , Thailand .
Dari pengakuannya, sering ada kerinduan untuk dapat kembali ke kampung
halamannya, dapat berjumpa dengan orang tua dan saudara2-nya. Kegiatannya dalam
mencari uang dan mendapatkan kesenangan darinya, telah mengubur keinginannya
untuk menikah hingga umurnya berangsur tua. Meski demikian, dia belum juga
dapat mengumpulkan bekal untuk kembali.
Di atas adalah sekedar gambaran seorang ‘alim yang ‘tersesat’ ke
Pattaya. Minggu yang lalu, kita duduk bersamanya. Dia memberikan masanya selama
3 hari, barangkali agar kita dapat belajar dari pengalamannya. Dia bangga
dengan latar belakang pondoknya, tetapi ‘menyesal’ dengan kehidupannya. Ilmu
yang didapatnya dari pondok, se-olah2 tidak berguna untuk menunjang keinginan
dan kehidupannya pada banyak tahun yang telah lalu. Belakangan dia merasa
beruntung karena Allah memberinya kekuatan untuk mendekati-Nya.
Kita akui bersama, bahwa dakwah adalah tulang punggung agama.
Hanya dengan dakwah, agama akan dapat tegak berdiri. Dengan dakwah, orang2
muslim akan bangga dengan ajarannya. Dengan dakwah, orang2 muslim akan
mengamalkan agamanya. Dengan dakwah, akan lahir ahli2 agama bahkan turun dari
keluarga2 yang bejat. Dengan dakwah, orang2 kafirpun akan memeluk Islam dengan
suka cita.
Sesungguhnya dakwah memiliki kekuatan yang besar. Dengan dakwah,
bumi telah tenggelam pada masa nabi Nuh as. Dengan dakwah, api yang membakar
kehilangan kemampuannya terhadap nabi Ibrahim as. Dengan dakwah, laut telah
dikuak untuk menjadi jalan bagi nabi Musa as dan rombongannya. Dengan dakwah,
orang2 mati dihidupkan bagi nabi Isa as. Dengan dakwah, bulan dibelah dua oleh
nabi Muhammad saw dengan ijin-Allah.
Akan tetapi sebaliknya, tanpa dakwah maka agama akan lumpuh. Meski
cantik dan indah, tetap saja agama tak akan dapat tegak berdiri. Tanpa dakwah,
orang2 Islam akan keluar dari agamanya. Tanpa dakwah, agama akan sulit
diamalkan. Tanpa dakwah, akan lahir penjahat2 bahkan turun dari keluarga orang2
‘alim. Tanpa dakwah, orang2 kafir tetap tidak akan suka kepada Islam.
Maka keluarnya kita dari rumah dan kampung kita ke jalan Allah
adalah juga dengan niat untuk belajar dakwah. Dakwah yang sempurna adalah
ajakan kepada Allah dan perintah-Nya sebagaimana kandungan adzan. Dakwah akan
mengingatkan kita kepada kebesaran Allah sekaligus mengajak kita kepada sholat
dan menawarkan kesuksesan dunia-akhirat. Dakwah yang sempurna dimulai diantara
kita. Dan dakwah yang sempurna dimulai dari komunitas Islam yang paling dekat.
Kita telah melapangkan masa kita, maka dengan cara ini kita
memiliki kesempatan untuk mendatangi setiap muslim. Kita berjalan melalui
lorong2 dan menyusuri jalan mengikuti kemana penunjuk jalan pergi. Kita
berjumpa dengan mereka di rumah2 mereka, di toko2 mereka dan di pasar2. Kita
mengingatkan bahwa kita bersaudara karena kalimah Laa ilaha illallah Muhammadur
rasulullah. Kita mengajak mereka ke masjid dan menawarkan kebaikan yang banyak.
Sungguh, kita beruntung dengan kerja dakwah. Kerja yang sangat2
mulia yang tidak Allah berikan (sebelum kita) kecuali kepada para nabi dan
rasul-Nya saja. Jangan khawatir, kerja kita se-olah2 seperti memasukkan segelas
air ke dalam kolam. Meski nampaknya tidak ada perubahan atas kadarnya, kita
yakin bahwa air kolam sudah bertambah satu gelas. Dan bila setiap dari kita
menuangkan air dengan cara yang sama, pasti perubahan itu akan nampak secara
signifikan.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar