29/08/2008

3 hari di Chonburi

Subhanallah. Sejujurnya kita memang tidak tahu banyak tentang agama dan hikmah2 yang masih dirahasiakan Allah. Kita hanya mengetahui sebatas pada apa yang Dia berikan agar kita mengetahuinya. Bila sesorang mengaku bahwa dia mengetahui segala2-nya, pasti dia telah berkata dusta. Bila seseorang mengaku bahwa dia tahu lebih banyak daripada yang lain, tetap saja ada lebih banyak lagi yang belum diketahuinya. Maka, adalah sangat tidak layak buat seseorang diantara kita menjadi sombong, bahkan meski pada bidang yang paling dikuasainya. Bila Allah suka, maka hanya Dia saja yang berhak mengenakan busana kesombongan.

Barangkali hanya mereka yang pernah ‘camping’ yang dapat merasakan nikmatnya kebersamaan dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang tinggal di satu tempat untuk masa tertentu. Barangkali juga hanya mereka yang pernah ‘jatuh cinta’ yang dapat merasakan nikmatnya pengorbanan dan penderitaan atas cintanya. Dan barangkali hanya mereka yang punya sifat persahabatan sekaligus kerisauan atas ummat saja yang dapat menilai kepentingan ‘keluar 3 hari’ di jalan Allah sebagaimana yang kita lakukan.

Adalah satu kenyataan hari ini bahwa tidak setiap orang dapat keluar 3 hari, khusus untuk ishlah diri. Tidak setiap orang beruntung untuk dapat melapangkan masanya sekedar 3 hari. Bahkan, tidak setiap orang yang kaya waktu (yakni mereka yang tidak memiliki pekerjaan tertentu) dapat keluar di jalan Allah. Memang, hanya orang2 yang dipilih-Nya saja yang memiliki kemapuan untuk keluar di jalan-Nya. Tidak peduli apakah dia kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, sehat atau sakit, ‘alim atau awam. Bila Allah tidak memilihnya untuk maksud agama-Nya, maka dia akan memiliki beribu alasan untuk menafikannya.

Barangkali saya termasuk mereka yang beruntung ketika dalam minggu yang lalu dapat bergabung dengan rombongan 3 hari di Chonburi, Thailand. Bila saja saya cari kesalahan2 mereka, tentu akan saya dapati di sana berbagai aib dan ber-macam2 keburukan. Untung saja Allah swt selalu mengingatkan, bahwa Dia akan menyempurnakan iman kita bila kita dapat mencintai saudara2 kita sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Dengan niat untuk memperbaiki diri sendiri (dari segala kerusakan hati) sekaligus belajar mengamalkan agama, maka saya mendapatkan manfaat iman di sana.

Muhammad Saleh, 37 tahun, telah 5 tahun memeluk Islam. Barangkali dia lebih beruntung karena meski belum pas bacaannya dia sudah hafal Alfatihah. Bandingkan dengan orang2 (Islam yang) lain yang kadang2 sudah tua tapi tak tahu sedikitpun bacaan2 di dalam sholat. Bila saja kita mau memberi sedikit masa kita seumpama untuk mendatangi mereka yang ‘tertinggal’, atau untuk mengetahui apa saja yang sudah dipahami saudara2 kita atau perkara2 lain yang berhubungan dengan agama ini, maka kita akan menjadi risau dengan keadaan mereka. Kita akan dapati bahwa kualitas kita tidak sebaik kuantitas kita.

Bila saja kita mau memberikan masa kita untuk keperluan ini, maka se-olah2 kita memaklumkan kepada yang lain bahwa kelebihan waktu yang kita miliki adalah milik mereka, dan kita tahu bahwa mereka sangat memerlukannya. Demi kepentingan mereka, kita tidak punya cukup masa untuk berdiskusi, seminar ataupun debat2 yang berkepanjangan hanya untuk mengetahui siapa yang lebih hebat diantara kita. Waktu yang Allah amanahkan agar kita membaginya kepada saudara2 kita, suka atau tidak, tetap harus kita tunaikan. Bila tidak, maka setiap dari kita pun tahu apa nama bagi orang yang mengambil hak orang lain bagi kepentingannya sendiri. 

***

Abdurrazak berasal dari Bangladesh, 9 tahun lamanya dia menuntut ilmu agama di sebuah pondok di Myanmar. Sudah sekitar 30 tahun dia tinggal di rantau hingga akhirnya menetap di Pattaya, Thailand. Dari pengakuannya, sering ada kerinduan untuk dapat kembali ke kampung halamannya, dapat berjumpa dengan orang tua dan saudara2-nya. Kegiatannya dalam mencari uang dan mendapatkan kesenangan darinya, telah mengubur keinginannya untuk menikah hingga umurnya berangsur tua. Meski demikian, dia belum juga dapat mengumpulkan bekal untuk kembali.

Di atas adalah sekedar gambaran seorang ‘alim yang ‘tersesat’ ke Pattaya. Minggu yang lalu, kita duduk bersamanya. Dia memberikan masanya selama 3 hari, barangkali agar kita dapat belajar dari pengalamannya. Dia bangga dengan latar belakang pondoknya, tetapi ‘menyesal’ dengan kehidupannya. Ilmu yang didapatnya dari pondok, se-olah2 tidak berguna untuk menunjang keinginan dan kehidupannya pada banyak tahun yang telah lalu. Belakangan dia merasa beruntung karena Allah memberinya kekuatan untuk mendekati-Nya.

Kita akui bersama, bahwa dakwah adalah tulang punggung agama. Hanya dengan dakwah, agama akan dapat tegak berdiri. Dengan dakwah, orang2 muslim akan bangga dengan ajarannya. Dengan dakwah, orang2 muslim akan mengamalkan agamanya. Dengan dakwah, akan lahir ahli2 agama bahkan turun dari keluarga2 yang bejat. Dengan dakwah, orang2 kafirpun akan memeluk Islam dengan suka cita.

Sesungguhnya dakwah memiliki kekuatan yang besar. Dengan dakwah, bumi telah tenggelam pada masa nabi Nuh as. Dengan dakwah, api yang membakar kehilangan kemampuannya terhadap nabi Ibrahim as. Dengan dakwah, laut telah dikuak untuk menjadi jalan bagi nabi Musa as dan rombongannya. Dengan dakwah, orang2 mati dihidupkan bagi nabi Isa as. Dengan dakwah, bulan dibelah dua oleh nabi Muhammad saw dengan ijin-Allah.

Akan tetapi sebaliknya, tanpa dakwah maka agama akan lumpuh. Meski cantik dan indah, tetap saja agama tak akan dapat tegak berdiri. Tanpa dakwah, orang2 Islam akan keluar dari agamanya. Tanpa dakwah, agama akan sulit diamalkan. Tanpa dakwah, akan lahir penjahat2 bahkan turun dari keluarga orang2 ‘alim. Tanpa dakwah, orang2 kafir tetap tidak akan suka kepada Islam.

Maka keluarnya kita dari rumah dan kampung kita ke jalan Allah adalah juga dengan niat untuk belajar dakwah. Dakwah yang sempurna adalah ajakan kepada Allah dan perintah-Nya sebagaimana kandungan adzan. Dakwah akan mengingatkan kita kepada kebesaran Allah sekaligus mengajak kita kepada sholat dan menawarkan kesuksesan dunia-akhirat. Dakwah yang sempurna dimulai diantara kita. Dan dakwah yang sempurna dimulai dari komunitas Islam yang paling dekat.

Kita telah melapangkan masa kita, maka dengan cara ini kita memiliki kesempatan untuk mendatangi setiap muslim. Kita berjalan melalui lorong2 dan menyusuri jalan mengikuti kemana penunjuk jalan pergi. Kita berjumpa dengan mereka di rumah2 mereka, di toko2 mereka dan di pasar2. Kita mengingatkan bahwa kita bersaudara karena kalimah Laa ilaha illallah Muhammadur rasulullah. Kita mengajak mereka ke masjid dan menawarkan kebaikan yang banyak.

Sungguh, kita beruntung dengan kerja dakwah. Kerja yang sangat2 mulia yang tidak Allah berikan (sebelum kita) kecuali kepada para nabi dan rasul-Nya saja. Jangan khawatir, kerja kita se-olah2 seperti memasukkan segelas air ke dalam kolam. Meski nampaknya tidak ada perubahan atas kadarnya, kita yakin bahwa air kolam sudah bertambah satu gelas. Dan bila setiap dari kita menuangkan air dengan cara yang sama, pasti perubahan itu akan nampak secara signifikan.

Subhanallah. 

15/08/2008

Tantangan

Masya Allah. Bila kita buka peta dunia, lalu kita tandai setiap negara yang memiliki populasi muslim sebesar 50% ke atas dengan warna hijau, 40%-50% dengan warna hijau muda, 30%-40% dengan warna hijau pucat, 20%-30% dengan warna kuning pucat, 10%-20% dengan warna kuning tua dan sisanya yakni 10% atau kurang dengan warna coklat, maka kita akan tahu secara jelas penyebaran ummat Islam secara universal. Hijau akan terpusat dari Afrika sampai Asia Tengah di tambah Asia Tenggara, lalu secara gradasi mengarah kepada belahan dunia yang lain.

Bila kita konsisten (misalnya) dengan pembagian atau pengelompokan seperti itu, lalu kita data ulang setiap (misalnya) 5 tahun sekali, maka kita akan takjub dengan perkembangannya. Hari ini sebagian manusia yang beruntung sedang menyaksikan ber-bondong2-nya manusia kepada Islam. Allahu akbar. Kita jadi harus sering merevisi peta dunia yang kita warnai tadi.

Bila kita berjalan di belahan bumi barat sana, tentu dengan maksud agama, Allah sendiri akan bukakan pintu2 dan jendela2 bagi kita sehingga kita dapat melihat bahwa apa yang kita dengar selama ini memang kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Kita mengakui kelebihan Barat akan tetapi mereka sendiri mendapatkan bahwa Islam adalah agama yang hak, agama yang benar.

Awalnya adalah karena mereka ‘penasaran’ dengan mass-media yang tidak 'fair'. Mereka menjadi sadar bahwa berita2 dusta tentang Islam telah dikemas sedemikian rupa sehingga menghalangi mereka dari kebenaran sejati. Ketidakpuasan mereka akan mass-media, menjadikan mereka mencari atau menanti datangnya Islam dari sumbernya. Maka beruntunglah orang2 yang datang kepada mereka, lalu Allah menjadikannya sebagai asbab hidayah bagi mereka. Dan bila mereka datang kepada Islam, ini adalah urusan dan tanggung jawab Allah yang maha berkehendak.

Bila Allah memutuskan sesuatu, pasti Dia akan mewujudkannya. Tidak ada seorangpun yang akan mampu menolak keputusan-Nya. Sungguh, tidak seorangpun yang dapat melakukannya, bahkan meskipun seluruh jin dan manusia membantunya dengan segenap kekuatan mereka. Barangkali kisah nabi Musa as dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuasaan dan keputusan Allah tak tertandingi. Allah sendiri menunjukkan bahwa meski Fir’aun (la) telah buat keputusan (yang tidak dapat dibantah oleh seluruh manusia saat itu) untuk membunuh setiap bayi lelaki, tetapi dia tidak berdaya manakala Allah sendiri menghadirkan bayi Musa as di hadapannya.

Selanjutnya, bila kita berjalan di belahan bumi sebelah timur, juga dengan maksud agama, maka kita akan mendapatkan bahwa banyak orang yang terbangunkan dari tidur dan mereka kembali kepada Islam. Beberapa orang dari Kamboja telah berkumpul di Bangladeh pada kesempatan yang lalu. Mereka adalah orang2 yang datuk-moyangnya Islam. Dengan kerja dakwah, mereka menyadari kekeliruan sebelumnya, lalu mereka bertobat kepada Allah, Tuhan mereka. Se-akan2 mereka baru saja masuk Islam. 

Pertanyaannya adalah, adakah kita punya andil dalam hal ini? Seruan Allah telah sampai kepada kita. Diseru-Nya kita agar berjalan di atas muka bumi hingga kita dapat lebih mengenal-Nya. Ditantang-Nya kita agar dapat menembus seluruh alam, melampaui bintang2 atau melintasi jagad raya. Semua tawaran-Nya adalah agar kita dapat memahami keagungan dan kebesaran-Nya. Dan nyatanya seruan ini datang ber-ulang2. Lalu, kenapa kita merasa puas dengan ruang kantor kita yang sempit? Atau kita cukup puas menengok keluasan dunia dan jagat raya lewat tv atau internet?

Allah melihat hati kita. Dia tidak saja memperhatikan kita dalam bilangan menit atau detik, tetapi lebih dari itu, Dia mengontrol dan mengawasi kita secara berterusan dan setiap saat. Dia mengetahui niat kita dan Dia akan membantu siapa saja yang berniat untuk keluar di jalan-Nya. Untuk itu, maka kita mesti buat keputusan bahwa “Ini adalah kerja saya. Saya berniat untuk keluar di jalan-Nya.” Keluar lagi dan lagi hingga Dia buat keputusan atas hidayah.

Subhanallah. 

01/08/2008

Keadaan Kita

Alhamdulillah. Suatu hari saya berkesempatan untuk berkhidmat kepada rombongan dari Nigeria. Ini satu kesempatan yang mahal. Dengannya, kita menjadi tahu bagaimana Allah yang maha agung menggerakkan dan memperjalankan hamba2 yang dicintai-Nya kemana saja, di permukaan bumi, dimana tersedia rejeki bagi mereka. Mata kita menjadi terbuka dan dapat melihat bahwa bumi ini luas dan menyediakan keanekaragaman yang sengaja Dia ciptakan untuk kita. Kita juga akan segera memahami bahwa Allah memberikan semua itu dengan cara yang mudah bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Saudara2 kita yang berkulit hitam tersebut akan berangkat, manakala serombongan orang2 miskin bergegas mendekati mereka. Sebagian dari orang2 yang miskin tersebut adalah anak2. Mereka mulai meminta, mengemis dan menyatakan kesusahan2 mereka. Mereka beri tanda sedemikian rupa sehingga siapapun akan tahu maksudnya bahwa mereka memerlukan makanan. Mereka meng-hiba2 sebagaimana anak2 manja yang meminta kepada orang tuanya.

Permintaan yang berterusan dengan nada yang memelas lambat laun pasti akan menyentuh hati mereka yang lembut. Dan ketika hati mereka tersentuh, seorang dari mereka mengambil sejumput uang (yang terdiri dari beberapa lembaran) lalu diserahkannya kepada orang tempatan agar dapat dibaginya (secara adil) kepada para pengemis tersebut. Lalu merekapun pergi.

Masalah timbul ketika uang tersebut mulai dibagikan. Nilai tiap lembaran cukup besar dan mesti ditukar dengan recehan agar mereka semua dapat bagian. Sebagian anak2 menjadi tidak sabar dan merebut uang kertas tersebut. Rupanya tangan2 mereka terlalu banyak untuk satu lembar uang kertas. Mereka berkelahi. Mereka menjadi tidak peduli dengan lawan mereka. Diantara mereka ada anak perempuan yang juga dapat bagian dari sobekan uang tersebut. Mereka saling memukul, menjambak dan berbagai tingkah perkelahian terjadi di depan mata. Sebagian orang bahkan membiarkan hal ini berlangsung. Untunglah, meski agak lambat, seorang yang sudah sepuh melerai mereka. Sulit memang, sampai akhirnya dia buat keputusan untuk menggebuk setiap anak lelaki.

Barangkali ini suatu pelajaran yang bagus buat kita semua. Manakala kita miskin atau manakala kita ‘terjajah’ lalu kita sama2 datang kepada Allah. Kepada-Nya kita berdoa, meminta dengan meng-hiba2 agar Dia memberi kekayaan kepada kita atau agar Dia memberikan ‘kekuasaan’ dan membebaskan kita dari ‘tirani’ yang membelenggu kita. Lalu, kira2 apa jadinya bila Dia berikan semua apa yang kita minta? Bukankah kita berkelahi satu sama lain, sama seperti yang terjadi diantara para pengemis tadi?

Tidak ada seorangpun yang perlu kita salahkan dalam hal ini, dan memang kita tidak layak melakukan hal itu. Kesalahan orang lain tidak dapat diperbaiki dengan cara menyalahkan orang tersebut. Bahkan kesalahan kita sendiri pun tidak dapat diperbaiki dengan sekedar membiarkan orang lain untuk menyalahkan kita. Menyalahkan pihak tertentu tidak akan menghasilkan kecuali hati yang semakin rapuh dan hati yang tidak akan tenang. Bahkan, melemparkan sumpah serapah kepada pihak lain akan lebih menggelorakan hati yang pada gilirannya akan menjadikan pemiliknya menderita berkepanjangan.

Sebenarnya sederhana saja. Masalah timbul karena kita belum memiliki iman-yakin yang sempurna sebagaimana yang Allah kehendaki. Bila saja setiap dari kita yakin akan khasanah Allah, maka kita akan tanggalkan sifat ingin memiliki ataupun sifat mengambil dari sesama kita. Bila saja setiap dari kita yakin akan khasanah Allah, maka kita akan selalu mengambil dari Allah dan berakhlak sebagaimana akhlak Allah yang selalu suka dan senang memberi. Adapun iman-yakin yang sempurna tidak akan datang kepada kita kecuali kita telah berusaha atasnya.

Subhanallah. 

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...