Subhanallah. Tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan sifat2
Allah karena dia pernah melihat-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat
menceritakan bagaimana Dia karena pernah menjumpai-Nya. Tidak ada seorangpun
yang dapat menceritakan dimana Allah karena pernah menemui-Nya. Sungguh, tidak
ada seorangpun yang dapat mengetahui bagaimana Dia, baik lahir maupun bathin,
melainkan sebagaimana yang dikatakan oleh Allah yang maha agung itu sendiri.
Demi keagungan dan kekuasaan-Nya, Dia menghendaki agar setiap dari kita
mengetahui lalu yakin akan kudrat-Nya.
Diceritakan-Nya kembali kepada kita, kisah Ibunda Musa as agar
kita menjadi yakin dengan kekuasaan-Nya. Kekuasaan Allah adalah hak, sedangkan
kekuasaan selain-Nya adalah bathil. Allah berkuasa mutlak, sedangkan makhluk
tidak berkuasa, kecuali pada batas2 yang telah ditentukan-Nya sendiri. Allah
berkuasa, sedangkan selain-Nya ada dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada kekuasaan
apapun kecuali pasti ada dalam kontrol-Nya.
Maka ketika Ibunda Musa tidak melihat lagi adanya harapan untuk
menyelamatkan bayi lelakinya, dia datang kepada Allah. Dibujuk-rayunya Allah
dengan rintihan dan tangisannya agar Dia menyelamatkan bayinya. Lalu Allah
mendengar dan Dia bersedia mengabulkannya dengan syarat, ‘Taati Aku, kelak Aku
akan kembalikan bayimu kepadamu’.
Perintahpun datang kepadanya dari Allah yang maha agung. ‘Bila
musuhmu mendekat, maka masukkan bayimu ke dalam kotak (kayu).’ Keinginan sang
ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah memerintahkannya untuk
memasukkannya dalam kotak yang barangkali justru akan segera mematikannya.
Perintah Allah se-akan2 bertentangan dengan keinginannya. Namun demikian, dia
taat.
Perintah selanjutnya, ‘Letakkan bayimu di atas sungai.’ Keinginan
sang ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah memerintahkannya untuk
meletakkannya dalam sungai yang barangkali justru akan menghanyutkannya dan
akan mematikannya. Perintah Allah se-akan2 bertentangan dengan keinginannya.
Namun demikian, dia taat dan melaksanakannya.
Selanjutnya Allah memberitahu, ‘Aku akan hanyutkan dia kepada
Fir’aun.’ Keinginan sang ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah
justru menyerahkannya kepada musuhnya. Dalam keadaan dan kondisi tersebut
kitapun akan menyangka tidak ada lagi harapan bagi keselamtan sang bayi. Namun
demikian, sang ibu pasrah atas keputusan-Nya. Dia ikhlas melepas makhluk lemah
tersebut kepada musuh-Nya.
Ketika sang bayi dibawa ke hadapan musuhnya, adalah Fir’aun sadar
dan yakin betul bahwa bayi tersebut adalah musuh yang di-cari2-Nya. Lalu,
siapakah yang berkuasa penuh atas keselamatannya, Fir’aun yang mengaku ‘ana
robbukumul’ala’ dan menetapkan agar setiap bayi lelaki dibunuh atau Allah
robbul ‘alamin?
Untuk memenangkan pertarungan, Allah tidak memerlukan bantuan
apapun. Banyak keadaan dimana Dia tidak menurunkan kekuatan2 fisik untuk
menyelamatkannya. Sederhana saja, Allah hanya menjadikan sang bayi tersenyum
manis, lalu luluhlah hati sang permaisuri. Kasih-sayang yang bersemi bahkan
meruntuhkan keangkuhan Fir’aun. Dia menjadi tidak berdaya di depan istrinya.
Allah berkuasa,sedangkan yang mengaku berkuasa justru tidak berdaya.
***
Allah, sekali-kali Dia tidak serupa dengan makhluk-Nya. Bahkan,
tidak ada suatu apapun yang menyerupai-Nya. Dia maha besar, namun tidak ada
sesuatu apapun yang besar untuk dapat membandingkan kebesaran-Nya. Dia maha
lembut, namun tidak ada suatu apapun yang dapat dijadikan pembanding bagi
kelembutan-Nya. Dia maha pemelihara, namun tidak ada suatu apapun yang dapat
dijadikan pembanding bagi kehebatan pemeliharaan-Nya.
Kisah Ibunda Musa as adalah satu contoh agar kita yakin dengan
janji2-Nya. Janji Allah adalah hak, sedangkan manusia adakalanya amanah,
adakalanya dusta. Allah pasti akan menunaikan janji2-Nya, baik yang kita minta
untuk segera ditunaikan-Nya ataupun yang kita mohon agar Dia dapat menyimpannya
bagi kepentingan kita di akhirat kelak. Dia yang maha memenuhi janji apa yang
dijanjikan-Nya, pasti mustahil berdusta. Lagipula tidak ada manfaat sedikitpun
bagi-Nya untuk me-nunda2 pemberian-Nya bila sudah tiba masanya. Dia maha kaya
lagi maha pemberi kekayaan. Dia memelihara segala sesuatu dan Dia
mengendalikannya.
Dialah yang berjanji kepada Ibunda musa untuk mengembalikan
bayinya bila dia taat kepada-Nya. Sebagaimana sifat-Nya, Dia pasti punya
rencana yang terbaik untuk memenuhi janji-Nya. Suasana dan keadaan tidak akan
pernah dapat menangguhkan pelaksanaan bagi rencana-Nya. Tidak juga pergantian
musim dan zaman dapat mengubah rencana-Nya bila Dia berkehendak. Dialah Allah
yang mengendalikan suasana2, keadaan2, musim dan zaman secara berterusan. Dan
Dia tidak merasa lemah untuk menanganinya sendiri.
Ketakutan kita kepada Allah pasti akan membimbing kita untuk
sungguh2 dalam mentaati-Nya, sedangkan ketakutan kepada selain Allah tidak akan
mendatangkan manfaat, bahkan kita akan menjadi budak dari apa yang ditakutinya
tersebut. Ketaatan kepada Allah adalah satu keindahan yang seharusnya menghiasi
setiap manusia ciptaan-Nya.
Ketika Ibunda Musa as memutuskan untuk taat sepenuhnya kepada
Allah, diapun melaksanakan apa saja yang diperintahkan Allah kepadanya, sampai
akhirnya bayi miliknya ada di pangkuan istri Fir’aun. Ketaatan tidak sama
dengan kebodohan. Derajat ketaatan kepada Allah justru menunjukkan kualitasnya
sebagai manusia. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa dalam mentaati-Nya,
seringkali ada ketakutan, kesulitan dan kesusahan, namun demikian di dalamnya
Dia selipkan kelapangan dan kemudahan.
Masalah timbul manakala Musa kecil yang lucu dan yang sangat
disayang oleh sang Ratu menangis karena lapar. Dalam hal ini Allah menunjukkan
kepada kita betapa Dia berkuasa penuh dan mengatur se-gala2-nya. Dijadikan-Nya
keadaan sedemikian rupa sehingga sang bayi menolak setiap ibu yang datang untuk
menyusuinya. Sang bayi menangis, maka Ratu dan Raja pun menjadi susah hati.
Demi kasih sayang mereka kepada sang bayi, maka Raja menjanjikan hadiah dan
kedudukan yang baik di istananya bagi siapa saja yang dapat menenangkan sang
bayi.
Allah kuasa, makhluk tak kuasa. Allah mengatur segala sesuatu,
sedangkan makhluk ada di bawah aturannya. Dia berjanji dan pasti janji-Nya akan
dipenuhinya dengan cara-Nya sendiri. Sungguh, tidak ada kesulitan sedikitpun
bagi-Nya untuk menunaikan apa yang telah dijanjikan-Nya.
Lalu apa hasil ketaatan yang sempurna kepada Allah? Allah memenuhi
janji-Nya untuk mengembalikan Musa kepada ibunya. Tidak hanya itu saja, selain
bayi yang dikembalikan-Nya, dia juga memperoleh kedudukan yang baik di istana.
Maka, bila seseorang taat kepada Allah, dia tidak saja mendapat apa yang Allah
janjikan, tetapi barakah dan kebaikan lainnya akan mengikuti dia.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar