04/07/2008

Ibunda Musa

Subhanallah. Tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan sifat2 Allah karena dia pernah melihat-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan bagaimana Dia karena pernah menjumpai-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan dimana Allah karena pernah menemui-Nya. Sungguh, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui bagaimana Dia, baik lahir maupun bathin, melainkan sebagaimana yang dikatakan oleh Allah yang maha agung itu sendiri. Demi keagungan dan kekuasaan-Nya, Dia menghendaki agar setiap dari kita mengetahui lalu yakin akan kudrat-Nya.

Diceritakan-Nya kembali kepada kita, kisah Ibunda Musa as agar kita menjadi yakin dengan kekuasaan-Nya. Kekuasaan Allah adalah hak, sedangkan kekuasaan selain-Nya adalah bathil. Allah berkuasa mutlak, sedangkan makhluk tidak berkuasa, kecuali pada batas2 yang telah ditentukan-Nya sendiri. Allah berkuasa, sedangkan selain-Nya ada dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada kekuasaan apapun kecuali pasti ada dalam kontrol-Nya.

Ada masanya ketika kebathilan se-olah2 berkuasa penuh. Ada saat2 tertentu manakala yang bathil ada pada pihak yang ‘powerful’, super power, adidaya dan adikuasa. Akan tetapi semua kekuatan, semua kedigdayaan adalah milik Allah. Dia berbuat sekehendak-Nya sesuai dengan ilmu dan rencana-Nya.

Maka ketika Ibunda Musa tidak melihat lagi adanya harapan untuk menyelamatkan bayi lelakinya, dia datang kepada Allah. Dibujuk-rayunya Allah dengan rintihan dan tangisannya agar Dia menyelamatkan bayinya. Lalu Allah mendengar dan Dia bersedia mengabulkannya dengan syarat, ‘Taati Aku, kelak Aku akan kembalikan bayimu kepadamu’.

Perintahpun datang kepadanya dari Allah yang maha agung. ‘Bila musuhmu mendekat, maka masukkan bayimu ke dalam kotak (kayu).’ Keinginan sang ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah memerintahkannya untuk memasukkannya dalam kotak yang barangkali justru akan segera mematikannya. Perintah Allah se-akan2 bertentangan dengan keinginannya. Namun demikian, dia taat.

Perintah selanjutnya, ‘Letakkan bayimu di atas sungai.’ Keinginan sang ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah memerintahkannya untuk meletakkannya dalam sungai yang barangkali justru akan menghanyutkannya dan akan mematikannya. Perintah Allah se-akan2 bertentangan dengan keinginannya. Namun demikian, dia taat dan melaksanakannya.

Selanjutnya Allah memberitahu, ‘Aku akan hanyutkan dia kepada Fir’aun.’ Keinginan sang ibu adalah menyelamatkannya, namun ternyata Allah justru menyerahkannya kepada musuhnya. Dalam keadaan dan kondisi tersebut kitapun akan menyangka tidak ada lagi harapan bagi keselamtan sang bayi. Namun demikian, sang ibu pasrah atas keputusan-Nya. Dia ikhlas melepas makhluk lemah tersebut kepada musuh-Nya.

Ketika sang bayi dibawa ke hadapan musuhnya, adalah Fir’aun sadar dan yakin betul bahwa bayi tersebut adalah musuh yang di-cari2-Nya. Lalu, siapakah yang berkuasa penuh atas keselamatannya, Fir’aun yang mengaku ‘ana robbukumul’ala’ dan menetapkan agar setiap bayi lelaki dibunuh atau Allah robbul ‘alamin?

Untuk memenangkan pertarungan, Allah tidak memerlukan bantuan apapun. Banyak keadaan dimana Dia tidak menurunkan kekuatan2 fisik untuk menyelamatkannya. Sederhana saja, Allah hanya menjadikan sang bayi tersenyum manis, lalu luluhlah hati sang permaisuri. Kasih-sayang yang bersemi bahkan meruntuhkan keangkuhan Fir’aun. Dia menjadi tidak berdaya di depan istrinya. Allah berkuasa,sedangkan yang mengaku berkuasa justru tidak berdaya.

***

Allah, sekali-kali Dia tidak serupa dengan makhluk-Nya. Bahkan, tidak ada suatu apapun yang menyerupai-Nya. Dia maha besar, namun tidak ada sesuatu apapun yang besar untuk dapat membandingkan kebesaran-Nya. Dia maha lembut, namun tidak ada suatu apapun yang dapat dijadikan pembanding bagi kelembutan-Nya. Dia maha pemelihara, namun tidak ada suatu apapun yang dapat dijadikan pembanding bagi kehebatan pemeliharaan-Nya.

Kisah Ibunda Musa as adalah satu contoh agar kita yakin dengan janji2-Nya. Janji Allah adalah hak, sedangkan manusia adakalanya amanah, adakalanya dusta. Allah pasti akan menunaikan janji2-Nya, baik yang kita minta untuk segera ditunaikan-Nya ataupun yang kita mohon agar Dia dapat menyimpannya bagi kepentingan kita di akhirat kelak. Dia yang maha memenuhi janji apa yang dijanjikan-Nya, pasti mustahil berdusta. Lagipula tidak ada manfaat sedikitpun bagi-Nya untuk me-nunda2 pemberian-Nya bila sudah tiba masanya. Dia maha kaya lagi maha pemberi kekayaan. Dia memelihara segala sesuatu dan Dia mengendalikannya.

Dialah yang berjanji kepada Ibunda musa untuk mengembalikan bayinya bila dia taat kepada-Nya. Sebagaimana sifat-Nya, Dia pasti punya rencana yang terbaik untuk memenuhi janji-Nya. Suasana dan keadaan tidak akan pernah dapat menangguhkan pelaksanaan bagi rencana-Nya. Tidak juga pergantian musim dan zaman dapat mengubah rencana-Nya bila Dia berkehendak. Dialah Allah yang mengendalikan suasana2, keadaan2, musim dan zaman secara berterusan. Dan Dia tidak merasa lemah untuk menanganinya sendiri.

Ketakutan kita kepada Allah pasti akan membimbing kita untuk sungguh2 dalam mentaati-Nya, sedangkan ketakutan kepada selain Allah tidak akan mendatangkan manfaat, bahkan kita akan menjadi budak dari apa yang ditakutinya tersebut. Ketaatan kepada Allah adalah satu keindahan yang seharusnya menghiasi setiap manusia ciptaan-Nya.

Ketika Ibunda Musa as memutuskan untuk taat sepenuhnya kepada Allah, diapun melaksanakan apa saja yang diperintahkan Allah kepadanya, sampai akhirnya bayi miliknya ada di pangkuan istri Fir’aun. Ketaatan tidak sama dengan kebodohan. Derajat ketaatan kepada Allah justru menunjukkan kualitasnya sebagai manusia. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa dalam mentaati-Nya, seringkali ada ketakutan, kesulitan dan kesusahan, namun demikian di dalamnya Dia selipkan kelapangan dan kemudahan.

Masalah timbul manakala Musa kecil yang lucu dan yang sangat disayang oleh sang Ratu menangis karena lapar. Dalam hal ini Allah menunjukkan kepada kita betapa Dia berkuasa penuh dan mengatur se-gala2-nya. Dijadikan-Nya keadaan sedemikian rupa sehingga sang bayi menolak setiap ibu yang datang untuk menyusuinya. Sang bayi menangis, maka Ratu dan Raja pun menjadi susah hati. Demi kasih sayang mereka kepada sang bayi, maka Raja menjanjikan hadiah dan kedudukan yang baik di istananya bagi siapa saja yang dapat menenangkan sang bayi.

Allah kuasa, makhluk tak kuasa. Allah mengatur segala sesuatu, sedangkan makhluk ada di bawah aturannya. Dia berjanji dan pasti janji-Nya akan dipenuhinya dengan cara-Nya sendiri. Sungguh, tidak ada kesulitan sedikitpun bagi-Nya untuk menunaikan apa yang telah dijanjikan-Nya.

Lalu apa hasil ketaatan yang sempurna kepada Allah? Allah memenuhi janji-Nya untuk mengembalikan Musa kepada ibunya. Tidak hanya itu saja, selain bayi yang dikembalikan-Nya, dia juga memperoleh kedudukan yang baik di istana. Maka, bila seseorang taat kepada Allah, dia tidak saja mendapat apa yang Allah janjikan, tetapi barakah dan kebaikan lainnya akan mengikuti dia.

Subhanallah. 

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...