Masya Allah. Bila kita simak Al-Qur’an, di sana akan kita dapati banyak kisah tentang
nabi Musa as dan kaumnya, yakni Bani Israil. Kisah2-nya lebih banyak
dibandingkan dengan kisah nabi2 yang lain, lebih banyak dibandingkan dengan
kisah nabi Isa as yang masa kenabiannya justru yang paling dekat dengan nabi
Muhammad saw. Bahkan sedemikian banyaknya sehingga kita akan menemukannya
hampir di setiap juzu’.
Allah yang maha mengetahui awal dan akhir dari setiap kejadian
se-olah2 ingin mengatakan kepada kita bahwa kudrat-Nya selalu ada bersama
amalan2 manusia. Dia hendak memberitahu kepada kita, bahwa ummat ini akan
ditolong-Nya sebagaimana Dia telah menolong Bani Israil dahulu. Dia juga
mengingatkan, bahwa ummat ini akan dapat bangkit hanya dengan kerja nubuwah
atau kerja kenabian.
Pertanyaannya adalah siapakah Bani Israil? Israil adalah nama lain
bagi nabi Yakub as. Maka, Bani Israil artinya adalah anak2 atau keturunan Yakub
as. Sebagaimana kakek dan ayahnya, yakni Ibrahim as dan Ishaq as, Yakub as
adalah nabi bagi agama yang hanif. Mereka adalah muslim sebagaimana pengakuan
mereka sendiri, yakni bahwa mereka adalah orang2 yang berserah diri kepada
Allah, Tuhan mereka. Kakek, ayah dan anak muslim, maka keturunan mereka dengan
sendirinya adalah muslim. Muslim, karena orang tua mereka adalah muslim.
Pada saat mereka begitu dekat dengan generasi awal, mereka adalah
orang2 yang taat kepada Allah. Moyang mereka, kakek mereka dan ayah mereka
selalu mengingatkan bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Kepada-Nya sajalah Bani
Israil menyembah dan berbakti. Maka ketaatan mereka tidak memberi dampak
kecuali Allah meninggikan derajat mereka. Dengan dijadikannya Yusuf as sebagai
kepercayaan Raja, maka Bani Israilpun dimuliakan di seluruh pelosok negeri.
Keadaan menjadi berubah, manakala jumlah mereka semakin banyak.
Jumlah yang banyak tidak menjamin mereka untuk tetap dalam agama yang hanif.
Mereka semakin cenderung kepada kebesaran2 selain Allah. Mereka lebih yakin
akan ghairullah. Dalam keseharian mereka se-akan2 melupakan Allah. Keadaan ini
pada gilirannya merendahkan derajat mereka sendiri kepada tahap yang hina.
Mereka menjadi budak2 bagi kerajaan Mesir.
Dalam keadaan hina, mereka meyadari kekeliruan mereka. Mereka
kembali berdoa dan memohon kepada Allah agar mereka dibebaskan dari perbudakan
tersebut. Lalu Allah mendengar dan menerima doa mereka. Allah berkehendak untuk
membebaskan mereka dengan ‘menciptakan’ nabi di antara mereka. Lalu Allah
mengutus nabi Musa as untuk mengingatkan kaumnya, yakni kepada siapa seharusnya
mereka berbakti dan meminta pertolongan. Ini adalah satu pelajaran bahwa dakwah
yang pertama dan utama adalah untuk kaum muslimin. Dakwah kepada Fir’aun justru
dilakukan di belakang hari.
Hari ini, ummat Islam tidak ubahnya seperti Bani Israil dahulu.
Ummat ini dilahirkan sebagai muslim dan banyak jumlahnya. Kelalaian ummat ini
atas kewajiban2 yang harus ditunaikannya, telah menyebabkan mereka jatuh sampai
pada taraf yang hina. Memang, ummat ini tidak menjadi budak secara fisik
sebagaimana Bani Israil, tetapi secara mentalitas ummat ini adalah budak. Lalu,
apa sebenarnya yang jadi kehendak Allah atas ummat ini, sedangkan Dia telah
menetapkan bahwa tidak akan ada nabi lagi sesudah Rasulullah saw?
Dia berkehendak untuk membebaskan ummat ini dari perbudakan. Tidak
dibebaskan-Nya kecuali dengan membangkitkan usaha kenabian di kalangan ummat
ini. Maka berbahagialah siapa saja yang dipilih Allah untuk buat kerja ini,
karena Dia sudah berjanji bahwa Dia sendiri yang akan meninggikan derajat
pekerja2-Nya setinggi kedudukan nabi2 dari kalangan Bani Israil.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar