Alhamdulillah, keluarnya kita di jalan Allah selama masa tertentu
telah menjadikan kita merasa lebih baik dalam banyak sisi tertentu. Kita juga
menyadari bahwa perubahan itu benar2 wujud dalam keseharian kita, sama seperti
halnya dengan mereka yang mendapatkan bahwa hati mereka lebih tawajjuh kepada
Allah.
Memberi masa kita untuk keluar di jalan Allah adalah sesuatu yang
menyenangkan dan mendatangkan kebaikan yang banyak, termasuk di dalamya adalah
ketenangan dan barakah yang memang Allah khaskan bagi mereka saja. Ketenangan
dan kesejahteraan bathin tidak dapat diungkapkan dengan kata2 secara tepat,
akan tetapi keduanya dapat dirasakan dengan jelas oleh para pemiliknya. Kalau
saja setiap orang tahu nilai ini, tentu kita akan mendapatkan bahwa tidak
seorangpun kecuali mereka akan berebut untuk keluar di jalan Allah.
Barangkali kita harus bersyukur lebih banyak lagi kepada Allah.
Tidaklah seorang keluar sepagi atau sepetang di jalan Allah kecuali Dia akan
memberi ganjaran yang lebih baik daripada dunia beserta isinya (termasuk
berbagai asset para konglomerat) kepadanya. Padahal keluarnya seseorang di
jalan Allah bukan karena ilmunya, hartanya, kesehatannya, kedudukannya,
kefasihan bicaranya ataupun umurnya. Allah-lah yang memilih dengan ilmu-Nya,
menetapkan dengan petunjuk-Nya dan mengijinkan dengan kekuasaan-Nya, siapa saja
yang layak untuk dikeluarkan di jalan-Nya.
Pada saat saya berada di India, saya telah berjumpa dengan banyak
orang dari berbagai negeri. Memang tidak semuanya dapat saya kenal. Namun
demikian, latar belakang dan keberadaan mereka sudah cukup untuk menjadi bukti
bahwa mereka adalah orang2 pilihan-Nya. Sungguh, Allah tidak pernah salah
menempatkan mereka dijalan-Nya.
Warley adalah seorang ‘native’ Amerika yang masih muda telah
keluar di jalan Allah. Pada hari2 selanjutnya, insya Allah, kita akan dapat
menjumpainya di madrasah Zakariyya di Afrika Selatan. Dengannya, seolah-olah
Allah mengatakan, bahwa bila kita tidak berilmu, padahal kita ada di jalan-Nya,
maka Dia sendiri akan menjadikannya berilmu dengan cara-Nya. Dibiarkannya
janggutnya yang coklat kemerahan tumbuh, dililitnya kepalanya dengan sorban,
dipanjangkan bajunya; semuanya itu adalah sebagian dari perkara2 yang
diyakininya akan dapat menyenangkan Allah dan Rasul-Nya.
Abu Darda adalah orang Indonesia yang berdarah China. Saya
mendapatkan bahwa dia telah sampai di beberapa pelosok negeri. Saya berjumpa
dengannya di Bangladesh. Bila kita yang berasal dari kota dan datang ke
rumahnya, barangkali kita tidak ingin memasuki rumahnya yang ada di lereng
bukit; boleh jadi karena tempatnya yang terjal atau boleh juga karena rumahnya
yang buruk. Bosnya selalu berganti, karena dia mencari nafkah dengan membantu
siapa saja yang mau dibantunya. Miskin, karena terkadang tidak ada sesuatu
apapun untuk diberikan kepada istrinya. Namun demikian, Allah memilihnya untuk
keluar di jalan-Nya.
Ada yang cacat, ada yang tidak memiliki kedudukan apapun di
masyarakatnya, ada yang sudah lanjut usia. Semua keadaan itu tidak menjadikan
mereka gentar dan tidak pula menjadikan mereka terhalang untuk keluar di jalan
Allah. Kenapa mereka mampu melakukannya? Barangkali karena mereka baik hati,
bukankah Allah tidak melihat rupa dan kepemilikan mereka? Bukankah Allah mampu
melihat kandungan hati di relungnya yang paling dalam? Bukankah Allah melihat
dan menerima amal2 mereka yang ikhlas, sementara kita tidak mengetahuinya sama
sekali.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar