25/04/2008

Lahan Kita

Subhanallah. Banyak diantara kita yang terlalu `josh' atau terlalu bersemangat dalam usaha agama sehingga kadang2 kita justru terjebak dalam gambaran kita sendiri yang sering salah. Dalam keadaan seperti ini kita ingin memberi citra kepada yang lain bahwa kehidupan kita adalah sebagaimana kehidupan para sahabat (Rasulullah saw). Selanjutnya kita berkeinginan untuk lari dari kenyataan bahwa hari ini sebenarnya kita masih seorang dokter, masih seorang engineer, masih seorang accountant, atau mungkin hari ini kita masih seorang supir taksi, masih seorang pekerja di hotel atau barangkali juga kita masih seorang pekerja yang banyak berhubungan dengan maksiat.

Abdurrahman Shahab, seorang `buzruk' dari India, bercerita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi diri kita dan orang lain dalam usaha agama. Suatu hari dalam satu pertemuan besar di India, datang kepadanya seorang Amerika yang hitam dan tinggi besar (katanya, mungkin 2 meter lebih tingginya). Dia berhajat agar beliau menjadi penterjemah atas masalah yang ingin disampaikannya kepada Hadzratjee, yakni seorang yang dipandangnya lebih sepuh dan lebih layak kepada siapa dia akan bertanya.

Ketika berjumpa dengan Hadzratjee, maka sang warga Amerika menanyakan apakah dia boleh berhenti dari pekerjaannya dan beralih kepada profesi yang pernah ditekuninya selama di universitas, yakni pada bidang engineering. Atas pertanyaan Hadzratjee, warga Amerika tersebut menyatakan bahwa dia ingin lebih banyak punya waktu untuk agama ini. Menurutnya, ketika keluar di jalan Allah, dia mendapatkan penjelasan2 yang sangat berkesan, kepahamannya semakin baik dan dia berniat untuk memberi waktu lebih banyak kepada agama dan usaha atasnya.

"Apa profesimu saat ini?"
"Pemain basket ball. Saat ini saya adalah peringkat ke-2 terbaik di dunia."
"Berapa pendapatanmu?"
"Banyak… banyak sekali, jutaan dollar." jawabnya dengan bangga.
"Bila kamu tidak lagi bermain basket, dimana kamu akan mendapatkan pendapatanmu?"
"Saya akan menjadi konsultant di bidang engineering, saya punya background-nya."
"Berapa yang akan kamu dapat dari pekerjaan itu?"
"Tidak banyak… akan tetapi saya akan punya banyak waktu dengannya."
"Menurutmu, apakah kegiatanmu saat ini menyalahi syariat?"
"Tidak."
"Ketika kamu bermain basket, adakah hal itu mengganggu sholatmu?"
"Tidak, bahkan bila perlu saya akan sholat di lapangan."
"Kalau begitu kembalilah ke negerimu dan jadilah orang nomor satu di dunia."

Beberapa tahun kemudian, dia benar2 kembali dan menyatakan bahwa dia telah jadi orang nomor 1 dunia dalam basket ball.

Hadzratjee melihat bahwa orang sesibuk dan sekaya warga Amerika tersebut masih dapat memberi masanya untuk mengamalkan agama. Kesibukannya dan hartanya tidak menghalanginya untuk keluar di jalan Allah. Orang seperti ini mestinya akan mampu me-`manage' lebih baik lagi bagi `keduniaannya' pada saat kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin baik. Lagi pula orang seperti ini adalah pilihan Allah agar dia berusaha atas orang lain di lingkungannya. Allah menjadikan dia da'i di antara `kaum' pemain basket. Keputusan untuk membiarkan dia merubah profesinya tentunya akan menjadi keputusan yang tidak bijaksana.

Subhanallah. 

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...