Alhamdulillah. Keinginan kita para da’i adalah memberi kepada
mereka atau siapa saja yang memerlukan; apa saja, dimana saja dan kapan saja.
Ketika kita melihat orang lain dalam kondisi yang memprihatikan, hati kita
mengatakan bahwa kita harus menolongnya. Ketika kita mendengar bahwa orang lain
tertimpa musibah, hati kita terdetak untuk membantunya. Ketika kita teringat
tentang kesulitan orang lain, maka kita tidak melupakannya dan kita ingin
memudahkannya. Kesusahan orang lain se-olah2 adalah bagian dari hidup kita
sehingga kita tidak berkeinginan atasnya kecuali untuk segera menggantikannya
dengan sesuatu yang menyenangkan.
Sesungguhnya Allah telah menetapkan kemampuan bagi setiap orang
atas dasar keperluannya. Dan Dialah yang menetapkan kadarnya dengan adil kepada
siapa saja dengan ilmu-Nya. Dan kemampuan untuk memberi dari seorang yang
beriman (kepada Allah dan hari akhir) adalah berbanding lurus dengan
keyakinannya atas kemurahan Tuhannya. Dan kemampuannya untuk tidak meminta
kepada manusia sebanding dengan yakinnya atas khasanah Allah yang tak terbatas.
Bila kita berniat untuk memberi, lalu kita melihat apa yang kita
miliki dan menimbangnya dengan apa yang kita perlukan, maka biasanya proses
memberi tidak akan berlangsung. Akan tetapi bila kita punya niat yang baik
(yang kita tahu bahwa hal itu akan menyenangkan Allah) lalu kita menyadari akan
kemurahan Allah dan membandingkan pemberian kita dengan apa yang Allah miliki, maka
kita akan segera mendapati bahwa Allah maha kaya dan maha memberi kekayaan
kepada siapa saja yang disukai-Nya.
Memberi adalah bagian dari akhlak Allah. Dia menjadi senang bila
hal itu ada dan menghiasi manusia2 ciptaan-Nya. Dia memberi apa saja yang diperlukan
manusia. Bahkan Dia menyediakan secara gratis justru apa saja yang paling
diperlukan dan paling panting bagi manusia. Dia memberi udara, Dia memberi
makan dan Dia memberi minum. Tidak dibedakan-Nya pemberian-Nya pada perkara2
yang Dia tahu manusia tidak dapat tinggal di dunia ini tanpanya. Dan Dia tetap
memberi kepada mereka yang jelas2 menentang dan melawan-Nya.
Maka bila seseorang berkeinginan untuk dapat memberi kepada
sesamanya, yakni demi menyenangkan Allah, padahal dia miskin (baik harta, informasi
ataupun waktu), pasti Dia akan membantunya dengan cara-Nya sendiri. Dia akan
bukakan pintu2 khasanah-Nya dari arah yang tidak dia duga sebelumnya. Akan
tetapi bila keinginan itu ‘dikuburnya’ dan dia tidak berusaha untuk mendapatkan
kebaikan dari proses memberi, maka Allah tidak akan membantunya dan cukuplah
prasangkanya kepada Allah sebagai balasannya.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar