Alhamdulillah. Salah satu bentuk kebahagiaan yang sudah selayaknya
dinikmati dan disyukuri adalah bahwa Allah swt memberi kita istri dari jenis
kita sendiri. Dia tidak menyeramkan dan tidak pula menakutkan, bahkan kita
cenderung menjadi tenang dan tenteram dengan keberadaannya di samping kita.
Pasangan yang Allah telah tentukan menjadi istri kita adalah jodoh yang paling
sesuai bagi-Nya yang Dia pilih sendiri buat kita. Sudah semestinya kita
menyadarinya bahwa dia sederajat dengan kita dalam pandangan Allah, utamanya
dalam kesempatan untuk memperoleh nilai-nilai dan ganjaran di sisi-Nya. Dialah
orang yang mestinya akan berada satu 'kelas' dan duduk bersama kita di akhirat
kelak.
Maka tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kepada-Nya ketika kita
menyadari bahwa pada kenyataannya istri kita hanya memberikan kecantikannya
buat kita. Atau kita menyadari bahwa istri kita memiliki lisan yang sangat
lancar bertutur-kata namun dia juga menyimpan kecintaan yang banyak untuk sang
suami, sehingga terkadang orang lain heran kenapa kita betah berlama-lama di
dekatnya. Atau istri yang kita miliki tidak cantik, akan tetapi setiap
pandangan kita yang jatuh kepadanya selalunya tidak kembali kecuali dengan
membawa hasrat untuk lebih merapatkan badan ini kepadanya. Atau istri yang
tidak punya ambisi kecuali menjadikan kita rajanya dan tidak punya kata-kata
kecuali untuk mengutarakan berbagai bentuk ketaatannya kepada kita. Atau ketika
kita menyadari bahwa istri kita adalah seorang yang mau menang sendiri akan
tetapi pada saat yang sama Allah swt berikan kepada kita sebentuk kesabaran
khusus untuk menghadapinya.
Istri kita, dia berada di samping kita. Kita melihat bagaimana
dengan segala kelemahannya, dia tekun dan tulus dalam menunaikan berbagai
kewajibannya sebagai seorang istri. Dia menyediakan makanan yang menyukakan kita, padahal dengan berbagai
alasan kita mencoba menghindari mengolahnya sendiri. Dia mencucikan dan
merapikan baju kita yang karenanya, tangannya terkadang menjadi kasar bahkan
menjadi jelek dengan kutu air. Dengan versinya, dia juga menjaga agar kita nampak
mulia dan berwibawa dalam pandangan orang di sekitar kita. Dia juga mengurus
anak-anak kita, memandikan dan membersihkannya. Adakalanya dia terpaksa
berteriak kepada mereka yang membuat telinga yang mendengarnya hampir-hampir
pecah dibuatnya. Dia melakukan semua itu seolah tanpa beban. Dia melakukan
semua itu dengan satu harapan saja, bahwa dia dapat bertindak sebagaimana
layaknya seorang istri di depan kita.
Sahabat, tidak ada sesuatu yang dapat mendatangkan lebih banyak
kebaikan selain takut yang benar kepada Allah. Rasa takut kita kepada Allah
dalam memperlakukan istri atau dalam berhubungan dengannya, niscaya akan
menarik rahmat-Nya dan akan menurunkan jalan-jalan petunjuk dari-Nya. Takut
kepada Allah dalam menjalani hari-hari yang kita lalui bersama istri kita,
tidak akan menimbulkan kecuali suasana dan keadaan yang penuh sakinah.
Kedekatannya kepada kita di dunia ini tentu akan menjadi semacam tali yang
mengikat kita hingga ke akhirat kelak. Bila sang istri tidak dapat menjadikan
kita ahli surga, tentu dia akan menyeret kita ke dalam neraka jahanam. Sungguh,
istri kita memiliki andil yang besar untuk menentukan bentuk kepemilikan kita
di akhirat kelak. Dia mempunyai saham untuk menjadikan kita seorang ahli surga
atau ahli neraka.
Kehati-hatian yang tidak kelewat batas, selamanya akan membawa
kita kepada kebaikan. Demikian pula dalam kaitannya dengan istri kita. Bila
kebersamaannya dengan kita di dunia ini tidak menjadikan kita mudah untuk
mengamalkan agama atau untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, tentu hal ini akan
berarti bahwa kita bersiap sedia untuk menyesal selama-lamanya. Akan tetapi
penyesalan kita di akhirat tidak akan berguna sama sekali. Bila saja sang istri
yang acapkali kita dekap tidak memberi peluang bagi kita untuk bermaksiat, tentu
dekapan itu akan merupakan ikatan yang teguh yang dapat menghindarkan kita dari
dosa. Padahal barang siapa yang dapat menghindari perbuatan dosa, dia akan
memiliki harapan untuk mendapat ampunan dari yang maha pemberi ampun.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar