16/11/2007

Belajar dari Thailand

Alhamdulillah. Bila kita berkesempatan jalan2 ke Thailand, kita akan melihat bahwa kondisi geografisnya tidak berbeda jauh dengan keadaan baik di Indonesia maupun Malaysia. Tumbuhan dan pepohonan yang menjadi 'busana' negeri inipun serupa dengan yang menyelimuti tanah2 dan kebun2 di negeri2 sebelah Salatannya.

Saya bermaksud menceritakan sedikit yang saya tahu mengenai Thailand dalam kaitannya dengan dakwah. Semoga laporan ini ada manfaatnya buat kita semua. Terus terang, saya sendiri tidak tahu banyak mengenai keadaan di berbagai pelosok Thailand, khususnya di Thailand Selatan di mana populasi muslim banyak terkonsentrasi di sana. Meskipun demikian, mungkin saya lebih beruntung karena saat ini saya berada di Thailand sehingga beberapa hal mengenai negeri ini dapat saya tanyakan secara langsung kepada saudara2 kita di sini.

Pada kesempatan saya ke Nakhon Si Thammarat beberapa hari yang lalu dan dari beberapa kali perbincangan dengan saudara muslim di Thailand mengenai saudara2 kita yang ‘berseberangan’ dengan pihak kerajaan, saya mendapatkan kesan bahwa justru sebagian besar kaum muslim di Thailand 'mensyukuri' keadaannya saat ini. Hanya sedikit saja dari mereka yang masih ‘bandel’ terhadap keinginan mayoritas muslim di sana untuk tetap 'berintegrasi' dengan Thailand.

Ada beberapa kelompok kecil yang terpisah yang masih bergerak saat ini yang ‘berseberangan’ dengan pihak kerajaan. Dari mereka ada yang mengatas-namakan Islam dalam perjuangannya, ada yang demi kejayaan ‘puak’ Melayu dan sebagian lagi berupa kelompok-kelompok mafia yang melibatkan warga dari beberapa negara lain.

Sebagaimana kita maklumi, dahulu Thailand Selatan penuh dengan kecamuk perang (saudara). Sejak kesadaran dakwah mulai tumbuh di kalangan muslim Thailand, yakni sekitar akhir tahun 1970-an, banyak dari mereka yang meletakkan senjata mereka untuk bergabung dengan rombongan2 dakwah yang bergerak seperti angin, yang memasuki setiap lorong dan rumah2 di perkampungan2 muslim. Fikir mereka telah berubah dari rencana memisahkan diri dari kerajaan Thai kepada usaha dakwah dengan penekanan pada bagaimana agar Allah swt berkenan menurunkan hidayah-Nya (khususnya di seluruh bagian negeri ini).

Sekedar informasi, beberapa yang lalu, saya sempat berjumpa dengan beberapa orang Aceh yang membawa beberapa orang utusan gubernur Aceh untuk buat studi banding di Thailand Selatan. Mereka datang setelah gubernur Aceh mengumpulkan berbagai ormas Islam di propinsi ini untuk mendengar pendapat mereka dan merumuskan 'model' bagi Aceh yang akan diambil dan diusahakan selanjutnya. Salah satu alternatifnya, mereka mengirim utusan khusus untuk datang ke sini.

Perubahan demikian telah menyenangkan pihak kerajaan. Segera setelah itu sarana dan prasarana dibangun untuk lebih menguatkan ‘ikatan’ daerah Selatan dengan pusat. Sememangnya harus demikian karena daerah Selatan banyak menyimpan potensi untuk bisnis di bidang pariwisata karena keindahannya. Dengan cara demikian juga pihak kerajaan coba ‘menaruh hati’ kepada mereka. Segera setelah itu migrasi alamiah telah terjadi dengan banyaknya orang Selatan yang datang ke Utara.

Hari ini, ketika sekian tahun telah berlalu, banyak kemajuan yang justru menguntungkan bukan saja bagi pihak kerajaan akan tetapi juga bagi ummat Islam di sana. Kerugian2 tertentu tentu saja ada, akan tetapi hal itu tertutupi dengan kemajuan dakwah yang luar biasa pesat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berikut ini beberapa gambarannya.

Ketika seorang Amerika menghina Raja Thai, kita tahu bagaimana marahnya rakyat yang sangat mencintai raja mereka. Demikian kecintaan mereka sehingga mereka akan menyungkur sujud ketika jumpa dengan rajanya. Kita tak dapat bayangkan bagaimana bila seorang rakyat Thai berlaku tidak sopan kepada rajanya. Namun demikian, setiap rakyat Thai yang memperhatikan tayangan pelantikan para menteri mereka akan mendapatkan seorang muslim yang tidak melakukan sembah sujud (sebagaimana kebiasaan rakyat Thai). Demikianlah yang dilakukan oleh Menteri Wan Muhammad dan beberapa orang pendahulunya, dan rakyat Thai dapat menerima hal demikian.

Satu hal yang diingat baik oleh orang muslim di sana adalah kenyataan bahwa raja mereka pernah menyatakan dalam kesempatan memberi nasehat dalam suatu even olahraga agar mereka mencontoh orang-orang muslim. Katanya, meski mereka berkumpul dalam jumlah besar, tidak ada ada kegaduhan dan perkelahian di sana.

Perpindahan penduduk muslim juga memberi berkah bagi kemajuan Islam secara kuantitas di sana. Meski diakui bahwa pemahaman kebanyakan muslim kepada dienul Islam sendiri masih tergolong rendah, banyak orang Budha yang masuk Islam. Selain melalui hubungan antar kawan, pernikahan juga membantu meningkatkan jumlahnya. Juga, selain orang Thai asli, pendatang-pendatang muslim dari berbagai negara yang mengawini gadis2 Thai menambah jumlah populasi muslim di sana.

Selanjutnya, bila kita melewati beberapa jalan utama dan jalan tol di sana, kita akan mendapati bangunan-bangunan masjid dengan menara yang menjulang dengan anggunnya. Banyak di antaranya masih dalam taraf pembangunan. Masjid2 yang di bina di negeri Budha, sungguh, ini satu tanda penerimaan oleh mereka.

Dan bila suatu ketika kita datang ke negeri ini, rasanya juga tidak terlalu sulit untuk mendapatkan makanan halal. Pedagang2 muslim akan menambahkan lambang bulan bintang pada papan nama mereka. Biasanya bila yang menjual seorang muslimah kita akan mengenalinya dengan jilbabnya. Umumnya orang Thai akan dengan senang hati menunjukkan dimana saja kita boleh mendapatkan makanan yang halal.

Lebih mengesankan lagi adalah bahwa setiap produk makanan dari hasil produksi (bahan mentah seperti kacang ijo sampai pasta gigi) yang bertanda halal ada nomor registrasinya. Majelis ulama di bidang ini akan mengeceknya secara periodik. Ketika pertama kali saya datang, Kentucky Fried Chicken di bandara dan di tempat lain memasang logo halal (khas Thailand). Akan tetapi ketika issue boykot atas produk Amerika merebak, saya tidak mendapati logo itu lagi di pintu masuknya. Masya Allah...

Orang2 muslim Thai bangga dengan Indonesia. Mereka melihatnya sebagai negara muslim yang besar. Mereka mempercayai bahwa apa saja yang datang dari Indonesia berupa produk yang mereka import adalah baik dan halal, meski tidak ada logo halal sekalipun. Mereka percaya bahwa yang datang dari Indonesia diolah oleh orang-orang Islam. Bagaimana pula sikap kita atas kepercayaan mereka yang penuh demikian?

Banyak lagi kemajuan yang positif dari perkembangan dakwah di sana. Bahkan sebagian orang meyakini bahwa keberkahan atas usaha dakwah ini telah Allah turunkan ke negeri ini. Sebenarnya negeri ini tidak sekaya Indonesia dalam hal potensi alam dan kandungan buminya. Mungkin karena dasar ini jugalah maka tidak sebuah negarapun yang tertarik untuk menjajahnya pada zaman penjajahan dulu. Akan tetapi hari ini kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa justru kita banyak mengimport dari negeri ini. Lihatlah bagaimana ada beras Siam, gula Thai, ayam Bangkok, durian Bangkok, jambu Bangkok dan lain sebagainya.

Luar biasa, dalam kesempatan berkumpul di Nakhon Si Thammarat, rekan saya melaporkan adanya biksu2 yang datang dan bergabung untuk mendengarkan penjelasan2 agama yang menyentuh hati. Mereka menggunakan pakaian Melayu tanpa songkok atau tutup kepala. Saya sendiri mendapati seorang biksu dengan pakaian kuningnya yang sedang ‘khusyu’ mendengarkan penjelasan dari pihak kita. Adakah ini tanda awal tentang akan datangnya mereka secara berbondong-bondongnya kepada agama Allah? Allahu'alam dan kita berharap demikian.

Meski demikian, bila ahli2 dakwah mereka yang rendah hati berjumpa dengan orang2 Indonesia atau Malaysia, mereka akan mengatakan bahwa mereka telah belajar dari orang2 tua dulu yang datang dari Malaysia dan Indonesia. Hebatnya, dalam keadaan rendah hati seperti itu, mereka tidak hanya eksport produk hasil industri saja, akan tetapi mereka juga telah eksport ahli2 dakwahnya ke manca negara.

Subhanallah. 

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...