Alhamdulillah. Bila kita berkesempatan jalan2 ke Thailand , kita akan melihat bahwa kondisi
geografisnya tidak berbeda jauh dengan keadaan baik di Indonesia maupun Malaysia . Tumbuhan dan pepohonan
yang menjadi 'busana' negeri inipun serupa dengan yang menyelimuti tanah2 dan
kebun2 di negeri2 sebelah Salatannya.
Saya bermaksud menceritakan sedikit yang saya tahu mengenai Thailand dalam
kaitannya dengan dakwah. Semoga laporan ini ada manfaatnya buat kita semua.
Terus terang, saya sendiri tidak tahu banyak mengenai keadaan di berbagai
pelosok Thailand , khususnya
di Thailand Selatan di mana populasi muslim banyak terkonsentrasi di sana . Meskipun demikian,
mungkin saya lebih beruntung karena saat ini saya berada di Thailand
sehingga beberapa hal mengenai negeri ini dapat saya tanyakan secara langsung
kepada saudara2 kita di sini.
Pada kesempatan saya ke Nakhon Si Thammarat beberapa hari yang
lalu dan dari beberapa kali perbincangan dengan saudara muslim di Thailand
mengenai saudara2 kita yang ‘berseberangan’ dengan pihak kerajaan, saya
mendapatkan kesan bahwa justru sebagian besar kaum muslim di Thailand
'mensyukuri' keadaannya saat ini. Hanya sedikit saja dari mereka yang masih ‘bandel’
terhadap keinginan mayoritas muslim di sana
untuk tetap 'berintegrasi' dengan Thailand .
Sebagaimana kita maklumi, dahulu Thailand Selatan penuh dengan
kecamuk perang (saudara). Sejak kesadaran dakwah mulai tumbuh di kalangan
muslim Thailand ,
yakni sekitar akhir tahun 1970-an, banyak dari mereka yang meletakkan senjata
mereka untuk bergabung dengan rombongan2 dakwah yang bergerak seperti angin,
yang memasuki setiap lorong dan rumah2 di perkampungan2 muslim. Fikir mereka
telah berubah dari rencana memisahkan diri dari kerajaan Thai kepada usaha
dakwah dengan penekanan pada bagaimana agar Allah swt berkenan menurunkan
hidayah-Nya (khususnya di seluruh bagian negeri ini).
Sekedar informasi, beberapa yang lalu, saya sempat berjumpa dengan
beberapa orang Aceh yang membawa beberapa orang utusan gubernur Aceh untuk buat
studi banding di Thailand Selatan. Mereka datang setelah gubernur Aceh
mengumpulkan berbagai ormas Islam di propinsi ini untuk mendengar pendapat
mereka dan merumuskan 'model' bagi Aceh yang akan diambil dan diusahakan
selanjutnya. Salah satu alternatifnya, mereka mengirim utusan khusus untuk
datang ke sini.
Perubahan demikian telah menyenangkan pihak kerajaan. Segera
setelah itu sarana dan prasarana dibangun untuk lebih menguatkan ‘ikatan’
daerah Selatan dengan pusat. Sememangnya harus demikian karena daerah Selatan
banyak menyimpan potensi untuk bisnis di bidang pariwisata karena keindahannya.
Dengan cara demikian juga pihak kerajaan coba ‘menaruh hati’ kepada mereka.
Segera setelah itu migrasi alamiah telah terjadi dengan banyaknya orang Selatan
yang datang ke Utara.
Hari ini, ketika sekian tahun telah berlalu, banyak kemajuan yang
justru menguntungkan bukan saja bagi pihak kerajaan akan tetapi juga bagi ummat
Islam di sana .
Kerugian2 tertentu tentu saja ada, akan tetapi hal itu tertutupi dengan
kemajuan dakwah yang luar biasa pesat baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Berikut ini beberapa gambarannya.
Ketika seorang Amerika menghina Raja Thai, kita tahu bagaimana
marahnya rakyat yang sangat mencintai raja mereka. Demikian kecintaan mereka
sehingga mereka akan menyungkur sujud ketika jumpa dengan rajanya. Kita tak
dapat bayangkan bagaimana bila seorang rakyat Thai berlaku tidak sopan kepada
rajanya. Namun demikian, setiap rakyat Thai yang memperhatikan tayangan
pelantikan para menteri mereka akan mendapatkan seorang muslim yang tidak
melakukan sembah sujud (sebagaimana kebiasaan rakyat Thai). Demikianlah yang
dilakukan oleh Menteri Wan Muhammad dan beberapa orang pendahulunya, dan rakyat
Thai dapat menerima hal demikian.
Satu hal yang diingat baik oleh orang muslim di sana adalah kenyataan bahwa raja mereka
pernah menyatakan dalam kesempatan memberi nasehat dalam suatu even olahraga
agar mereka mencontoh orang-orang muslim. Katanya, meski mereka berkumpul dalam
jumlah besar, tidak ada ada kegaduhan dan perkelahian di sana .
Perpindahan penduduk muslim juga memberi berkah bagi kemajuan
Islam secara kuantitas di sana .
Meski diakui bahwa pemahaman kebanyakan muslim kepada dienul Islam sendiri
masih tergolong rendah, banyak orang Budha yang masuk Islam. Selain melalui
hubungan antar kawan, pernikahan juga membantu meningkatkan jumlahnya. Juga,
selain orang Thai asli, pendatang-pendatang muslim dari berbagai negara yang
mengawini gadis2 Thai menambah jumlah populasi muslim di sana .
Selanjutnya, bila kita melewati beberapa jalan utama dan jalan tol
di sana , kita
akan mendapati bangunan-bangunan masjid dengan menara yang menjulang dengan
anggunnya. Banyak di antaranya masih dalam taraf pembangunan. Masjid2 yang di
bina di negeri Budha, sungguh, ini satu tanda penerimaan oleh mereka.
Dan bila suatu ketika kita datang ke negeri ini, rasanya juga
tidak terlalu sulit untuk mendapatkan makanan halal. Pedagang2 muslim akan
menambahkan lambang bulan bintang pada papan nama mereka. Biasanya bila yang
menjual seorang muslimah kita akan mengenalinya dengan jilbabnya. Umumnya orang
Thai akan dengan senang hati menunjukkan dimana saja kita boleh mendapatkan
makanan yang halal.
Lebih mengesankan lagi adalah bahwa setiap produk makanan dari
hasil produksi (bahan mentah seperti kacang ijo sampai pasta gigi) yang
bertanda halal ada nomor registrasinya. Majelis ulama di bidang ini akan
mengeceknya secara periodik. Ketika pertama kali saya datang, Kentucky Fried
Chicken di bandara dan di tempat lain memasang logo halal (khas Thailand ). Akan
tetapi ketika issue boykot atas produk Amerika merebak, saya tidak mendapati
logo itu lagi di pintu masuknya. Masya Allah...
Orang2 muslim Thai bangga dengan Indonesia . Mereka melihatnya
sebagai negara muslim yang besar. Mereka mempercayai bahwa apa saja yang datang
dari Indonesia
berupa produk yang mereka import adalah baik dan halal, meski tidak ada logo
halal sekalipun. Mereka percaya bahwa yang datang dari Indonesia
diolah oleh orang-orang Islam. Bagaimana pula sikap kita atas kepercayaan
mereka yang penuh demikian?
Banyak lagi kemajuan yang positif dari perkembangan dakwah di sana . Bahkan sebagian
orang meyakini bahwa keberkahan atas usaha dakwah ini telah Allah turunkan ke
negeri ini. Sebenarnya negeri ini tidak sekaya Indonesia dalam hal potensi alam
dan kandungan buminya. Mungkin karena dasar ini jugalah maka tidak sebuah
negarapun yang tertarik untuk menjajahnya pada zaman penjajahan dulu. Akan
tetapi hari ini kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa justru kita banyak
mengimport dari negeri ini. Lihatlah bagaimana ada beras Siam, gula Thai, ayam
Bangkok, durian Bangkok, jambu Bangkok dan lain sebagainya.
Luar biasa, dalam kesempatan berkumpul di Nakhon Si Thammarat,
rekan saya melaporkan adanya biksu2 yang datang dan bergabung untuk
mendengarkan penjelasan2 agama yang menyentuh hati. Mereka menggunakan pakaian
Melayu tanpa songkok atau tutup kepala. Saya sendiri mendapati seorang biksu
dengan pakaian kuningnya yang sedang ‘khusyu’ mendengarkan penjelasan dari
pihak kita. Adakah ini tanda awal tentang akan datangnya mereka secara
berbondong-bondongnya kepada agama Allah? Allahu'alam dan kita berharap
demikian.
Meski demikian, bila ahli2 dakwah mereka yang rendah hati berjumpa
dengan orang2 Indonesia atau
Malaysia , mereka akan
mengatakan bahwa mereka telah belajar dari orang2 tua dulu yang datang dari Malaysia dan Indonesia . Hebatnya, dalam keadaan
rendah hati seperti itu, mereka tidak hanya eksport produk hasil industri saja,
akan tetapi mereka juga telah eksport ahli2 dakwahnya ke manca negara.
Subhanallah.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar