20/06/2008

Bani Israil

Masya Allah. Bila kita simak Al-Qur’an, di sana akan kita dapati banyak kisah tentang nabi Musa as dan kaumnya, yakni Bani Israil. Kisah2-nya lebih banyak dibandingkan dengan kisah nabi2 yang lain, lebih banyak dibandingkan dengan kisah nabi Isa as yang masa kenabiannya justru yang paling dekat dengan nabi Muhammad saw. Bahkan sedemikian banyaknya sehingga kita akan menemukannya hampir di setiap juzu’.

Allah yang maha mengetahui awal dan akhir dari setiap kejadian se-olah2 ingin mengatakan kepada kita bahwa kudrat-Nya selalu ada bersama amalan2 manusia. Dia hendak memberitahu kepada kita, bahwa ummat ini akan ditolong-Nya sebagaimana Dia telah menolong Bani Israil dahulu. Dia juga mengingatkan, bahwa ummat ini akan dapat bangkit hanya dengan kerja nubuwah atau kerja kenabian.

Pertanyaannya adalah siapakah Bani Israil? Israil adalah nama lain bagi nabi Yakub as. Maka, Bani Israil artinya adalah anak2 atau keturunan Yakub as. Sebagaimana kakek dan ayahnya, yakni Ibrahim as dan Ishaq as, Yakub as adalah nabi bagi agama yang hanif. Mereka adalah muslim sebagaimana pengakuan mereka sendiri, yakni bahwa mereka adalah orang2 yang berserah diri kepada Allah, Tuhan mereka. Kakek, ayah dan anak muslim, maka keturunan mereka dengan sendirinya adalah muslim. Muslim, karena orang tua mereka adalah muslim.

Pada saat mereka begitu dekat dengan generasi awal, mereka adalah orang2 yang taat kepada Allah. Moyang mereka, kakek mereka dan ayah mereka selalu mengingatkan bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Kepada-Nya sajalah Bani Israil menyembah dan berbakti. Maka ketaatan mereka tidak memberi dampak kecuali Allah meninggikan derajat mereka. Dengan dijadikannya Yusuf as sebagai kepercayaan Raja, maka Bani Israilpun dimuliakan di seluruh pelosok negeri.

Keadaan menjadi berubah, manakala jumlah mereka semakin banyak. Jumlah yang banyak tidak menjamin mereka untuk tetap dalam agama yang hanif. Mereka semakin cenderung kepada kebesaran2 selain Allah. Mereka lebih yakin akan ghairullah. Dalam keseharian mereka se-akan2 melupakan Allah. Keadaan ini pada gilirannya merendahkan derajat mereka sendiri kepada tahap yang hina. Mereka menjadi budak2 bagi kerajaan Mesir. 

Dalam keadaan hina, mereka meyadari kekeliruan mereka. Mereka kembali berdoa dan memohon kepada Allah agar mereka dibebaskan dari perbudakan tersebut. Lalu Allah mendengar dan menerima doa mereka. Allah berkehendak untuk membebaskan mereka dengan ‘menciptakan’ nabi di antara mereka. Lalu Allah mengutus nabi Musa as untuk mengingatkan kaumnya, yakni kepada siapa seharusnya mereka berbakti dan meminta pertolongan. Ini adalah satu pelajaran bahwa dakwah yang pertama dan utama adalah untuk kaum muslimin. Dakwah kepada Fir’aun justru dilakukan di belakang hari.

Hari ini, ummat Islam tidak ubahnya seperti Bani Israil dahulu. Ummat ini dilahirkan sebagai muslim dan banyak jumlahnya. Kelalaian ummat ini atas kewajiban2 yang harus ditunaikannya, telah menyebabkan mereka jatuh sampai pada taraf yang hina. Memang, ummat ini tidak menjadi budak secara fisik sebagaimana Bani Israil, tetapi secara mentalitas ummat ini adalah budak. Lalu, apa sebenarnya yang jadi kehendak Allah atas ummat ini, sedangkan Dia telah menetapkan bahwa tidak akan ada nabi lagi sesudah Rasulullah saw?

Dia berkehendak untuk membebaskan ummat ini dari perbudakan. Tidak dibebaskan-Nya kecuali dengan membangkitkan usaha kenabian di kalangan ummat ini. Maka berbahagialah siapa saja yang dipilih Allah untuk buat kerja ini, karena Dia sudah berjanji bahwa Dia sendiri yang akan meninggikan derajat pekerja2-Nya setinggi kedudukan nabi2 dari kalangan Bani Israil.

Subhanallah. 

06/06/2008

Ahli

Alhamdulillah. Ahli gambar adalah dia yang pakar (teori dan praktek) dalam bidang gambar dan semua yang berkaitan dengannya. Ahli mesin adalah dia yang pakar (teori dan praktek) dalam bidang permesinan dan semua yang berkaitan dengannya. Ahli komputer adalah dia yang pakar (teori dan praktek) dalam bidang komputer dan semua yang berkaitan dengannya. Ahli matematika adalah dia yang pakar (teori dan praktek) dalam bidang matematika dan semua yang berkaitan dengannya. Dengan penalaran yang sama kita akan segera tahu siapakah orang2 yang disebut ahli sunnah wal jamaah.

Harus kita akui, meski kita lahir dari emak-bapak Islam, meski rumah kita menyimpan 'barang2 Islami', meski lingkungan kita padat dengan warga muslim, meski negeri kita mayoritas muslim, kita belum lagi pakar dalam sunnah (Rasulullah saw) wal jamaah (sahabat2nya). Meski kita sering menyebut kata sunnah dalam berbagai perbincangan, barangkali kita masih seperti beo yang fasih mengucapkan suatu kata tanpa dia memahami arti yang terkandung di dalamnya. Meski kita sering mem-bawa2 perkara sunnah dalam kehidupan kita, barangkali keadaannya tidak lebih daripada keledai yang mengangkut buku2 keilmuan tanpa ada sedikitpun manfaat yang dapat diambilnya. Seharusnya kita malu, tapi rasa malu ini se-olah2 hilang tertutup ‘kebesaran’ kita sendiri.

Ketika kita tahu bahwa Rasulullah saw lebih suka menjadi hamba Allah yang sehari lapar dan sehari kenyang, kita malah mencari alasan bahwa beberapa orang sahabat Rasulullah juga kaya raya. Ketika kita tahu bahwa Rasulullah saw menikahi banyak janda untuk menyelamatkan agama, mereka yang malu mencari alasan untuk menutupinya sedangkan sebagian yang lain mencari alasan untuk mendapat 'kesenangan' dari wanita2 muda. Ketika kita tahu bahwa Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan-minum, pakaian, rumah dan kendaraan, kita malah mencari dalil2 untuk membenarkan kelebihan yang ada pada kita hari ini.

Ketika kita melihat seseorang bersiwak, kita menjadi jijik dan menuduh dengan hati bahwa dia ketinggalan jaman. Ketika kita melihat seseorang menumbuhkan janggut dan memeliharanya, kita merendahkannya dengan mengelompokkannya kepada ‘kambing’. Ketika kita melihat beberapa orang makan berjamaah dalam satu nampan, kita menyangka bahwa mereka adalah orang2 yang tersesat ke dunia modern. Ketika kita melihat orang2 yang berjubah dan bersorban datang ke kampung kita, kita merasa aneh atau kita menjadi panas hati sehingga keinginan kita adalah segera mengusir mereka.

Para ahli ini (sunnah wal jamaaah) sebenarnya dapat kita kenali dari perilaku dan amalan mereka. Mereka adalah orang2 yang tidak mengikat dirinya kepada satu kelompok atau suatu golongan selain hanya kepada sunnah dan jamaah. Pergerakan dan perkataan mereka akan mengingatkan orang2 yang berilmu kepada gambaran Rasulullah dan sahabat2-nya. Oleh karena itu, setiap orang boleh saja mengaku dirinya sebagai ahlinya, akan tetapi orang2 lainpun berhak untuk menilai ‘keahliannya’. Maka beruntunglah mereka yang ahli lalu Allah, malaikat2-Nya dan orang2 berimanpun mengakuinya demikian.

Subhanallah. 
*  

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...