27/08/2007

Seperti Ikan di Laut

Segera setelah mengetahui hukum fikihnya, Huda menghidupkan sunnah Rasulullah SAW di wajahnya. Kumis dicukurnya habis sementara janggut yang bisa dihitung dengan jari dibiarkannya tumbuh. Awalnya merasa canggung saat berada di keramaian, tapi sifat istiqomahnya sedikit demi sedikit melunturkan perasan tadi.

Keindahan memang sangat bergantung kepada cara pandang dan kebiasaannya. Bagi orang yang biasa melihat lelaki kelimis (yang kumis dan janggutnya dicukur bersih), maka orang yang memelihara janggut akan nampak kotor dan tidak rapih. Sebaliknya, bagi orang yang biasa melihat lelaki yang memelihara sunnah ini, maka lelaki kelimis akan nampak seperti banci; lelaki tidak, perempuan pun tidak.

Tinggal di keramaian Pattaya tidak serta merta menjadikan Huda sama seperti penduduk-penduduk kota ini yang serba permisif. Huda barangkali seperti ikan di laut. Meskipun air laut asin, ikan tidak serta merta menjadi asin hanya karena tinggal berterusan di dalamnya. Dia juga tidak terbawa arus.

Subhanallah

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya kira jengot atau tidak berjenggot bukan ukuran atau nilai seseorang. Sungguh sangat dangkal sekali jika ada agama yang mengkotak-kotakkan umat dengan performance fisik. Betapa tidak, termasuk diri saya terlahir tidak memiliki jenggot ataupun kumis. Jika saya beranggapan seperti anda, maka tentu saya gelisah setiap malam, pertanyakan ke"ada"an saya. Lelaki tidak, perempuan pun tidak. Lalu saya ini "apa"?
Tentulah idealnya suatu agama harus bisa melintasi budaya yang ada, karena agama "nilai"nya tentu lebih tinggi dibanding budaya itu sendiri. Dalam agama ada hal suci, ada hal yang tidak bisa di"jelek"kan jika menyangkut performance fisik, karena agama terletak pada akal budi seseorang bukan pada sehelai rambut alias jenggot.
Jadi masalah jenggot, menurut saya berpaling pada subyektifisme seseorang dalam memandang nilai suatu nilai.
Pertanyaan saya, sebegitu pentingkah jenggot bagi (+umat) islam? Apakah ini merupakan hal yang utama (=urgen) bagi islam?Apakah ini merupakan ciri utama dari islam? apakah ini yang ingin ditonjolkan oleh islam? Apakah ini yang ingin diingini oleh islam.

Saya pikir jenggot sangatlah terbelakang urutannya dilihat dari urgensi pergerakan islam. masih banyak yang harus di kupas dan dikerjakan oleh islam.

#8386 mengatakan...


Masya Allah... Anonim, terima kasih untuk komentarnya. Mohon Anda tidak lagi tersinggung. Sebenarnya, tidak ada tendensi sedikitpun dalam tulisan ini untuk memberi kesan jelek kepada orang yang 'dari sononya' tidak punya janggut. Bahkan, janggut Huda - tokoh kita dalam tulisan ini - hanya beberapa helai saja.

Banyak hadits dan riwayat yang menunjukkan betapa Rasulullah SAW menghendaki agar janggut dipelihara dan kumis dicukur. Oleh karena itu, yang ditekankan di sini adalah perlakuan mencukur janggut itu sendiri, satu proses yang pasti tidak akan pernah dilakukan oleh orang yang tidak mempunyainya. Sunnah yang dimaksud itu adalah agar tidak mencukur jenggot, sebaliknya kumislah yang dicukur. Ringankan?

Logikanya, jika untuk hal-hal yang ringan saja seseorang tidak dapat melakukannya, lalu bagaimana mungkin dia akan dapat melakukan hal-hal yang berat dari agama ini? Lebih daripada itu, mungkinkah orang yang mengingkari sunnah-sunnah Rasulullah SAW (betapapun kecil dan nampak tidak krusial) dapat mengklaim bahwa dia benar-benar mencintai dan menjadi pengikut setia Rasulullah SAW?

Issue jenggot memang bukan masalah krusial dalam Islam jika dibandingkan dengan tauhid. Kalau diumpamakan, jenggot lebih berperan seperti garam dalam masakan; kecil, sedikit dan nampak tidak berarti. Meskipun demikian, makanan akan menjadi hambar tanpa garam, pokoknya tak sedaplah...

Subhanallah

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...