23/01/2009

Nabi Musa

Apa yang diceritakan Allah dalam kitab-Nya berupa kisah nabi-nabi atau kaum-kaum terdahulu adalah kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya pernah terjadi. Alhamdulillah, Kita meyakininya sedemikian rupa sehingga seakan-akan kita melihat kejadian-kejadian tersebut ada di depan mata kita sendiri. Ajib, kejadian demi kejadian telah dikemas-Nya sedemikian rupa (dalam kitab-Nya) sehingga orang yang awampun akan mendapat manfaat darinya.




Siapa saja yang membacanya lagi dan lagi, maka dia akan menangkap pesan-pesan Allah di dalamnya. Kisah-kisah yang ada di dalam kitab-Nya adalah tidak hanya sekedar pengetahuan bagi umat ini, akan tetapi lebih dari itu kita dapat belajar dari pengalaman orang-orang terdahulu. Padahal orang-orang yang pandai lagi bijaksana adalah mereka yang tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dari kesalahan yang sama yang telah dibuat kaum-kaum terdahulu. Bila demikian halnya, pasti kisah-kisah di dalam kitab-Nya selalu relevan dengan keadaan kita hari ini.

Ketika Allah menyebut nama nabi Musa a.s. berulang-ulang, hal demikian juga suatu pelajaran buat kita. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menjadikan Musa as. terpelihara justru oleh orang yang akan menjadi musuhnya kelak. Fir’aun yang memusuhinya menyadari keadaan tersebut, namun demikian dia tidak punya kekuatan sedikitpun untuk membinasakannya. Allah menunjukkan kepada kita bahwa meskipun Musa kecil tidak memiliki apapun, hatta untuk melindungi dirinya sendiri, dia ada dalam penjagaan-Nya yang kuat. Dengan cara ini Allah yang maha agung memberi pesan kepada kita bahwa segala sesuatu selalu ada dalam kontrol-Nya dan Dia berkuasa penuh bahkan dalam menentukan detil-detil skenario apapun.

Dengan ijin Allah, Musa as dididik secara langsung oleh ibunya sendiri. Sang ibu (yang mengalami dan membuktikannya sendiri) menjadi sangat yakin dengan kekuasaan Allah. Dan Musa kecil mendapat pengajaran bahwa Allah kuasa dan makhluk tak kuasa. Tentu saja sang ibu menceritakannya dengan bangga dan berulang-ulang. Dia menceritakan bagaimana Allah menyelamatkannya dengan cara yang dikehendaki-Nya. Allah mengendalikan segala sesuatu, sedangkan selain-Nya ada dalam kendali-Nya. Dan saudara perempuan Musa a.s. (yang menyaksikan detik-detik penyelamatannya) menjadi saksi hidup yang membenarkan apa yang disampaikan sang ibu kepada anaknya.

Musa kecil adalah ‘anak angkat’ raja Fir’aun yang adi kuasa. Dengan demikian dia adalah pangeran dalam kerajaan yang superpower pada jamannya. Kemudian kita memaklumi bahwa dia tumbuh dan menjadi besar dalam lingkungan yang mengajarkan bahwa Fir’aun adalah raja yang berkuasa penuh, bahkan dalam menentukan hidup atau matinya seseorang. Dan dia melihat serta menyaksikan sendiri kenyataan itu. Keyakinannya berubah sejalan dengan masuknya kebesaran kerajaan dan orangtua angkatnya kedalam hatinya. Dari biografinya, kita mengetahui bahwa nilai keyakinannya nampak pada keputusan yang dibuat-Nya pada saat masalah timbul diantara keduanya.

Ketika Musa a.s. secara tak sengaja membunuh seorang pegawai kerajaan, kitapun memakluminya bila Musa muda lebih takut kepada Fir’aun daripada takut kepada Allah. Keyakinannya sedemikian rupa sehingga dia beranggapan bahwa bila Fir’aun tidak mampu membunuhnya ketika bayi, tentu dia akan membunuhnya pada kesempatan tersebut. Selanjutnya Musa as. menyadari, bahwa meskipun dia seorang pangeran akan tetapi kedudukan tersebut tidak sedikitpun dapat memberi jaminan keselamatan baginya. Maka keputusannya adalah dia harus pergi dari kerajaan. Dan diapun lari menuju Madyan. Subhanallah.
**

Kisah nabi Musa a.s. adalah salah satu bagian kecil dari kekuasaan-Nya yang maha luas. Allah senang menceritakan kisah-kisahnya secara berulang-ulang bagi kita sebagaimana kita dapatkan dalam catatan-catatan-Nya yang terpelihara.

Setiap perkara yang hak adalah jelas. Dan Tuhan yang satu, yang menciptakan langit dan bumi, satunya adalah jelas. Tidak ada tuhan lain yang layak menyandang sebutan ini kecuali Allah. Sebaliknya, setiap bentuk yang berlawanan dengan yang hak adalah batil. Perkara yang batil pun jelas. Diantara keduanya ada perkara yang samar-samar. Maka siapa saja yang memasuki daerah yang samar-samar tersebut, dia akan cenderung kepada yang batil.

Ketika Fir'aun mengatakan "ana robbukumul 'ala" (Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi), maka pernyataannya sangat jelas, bahwa hal itu adalah batil. Dia batil karena hanya Allah-lah tuhan yang paling tinggi. Dia batil, maka kerajaannya pun menjadi batil. Dan meskipun Musa muda adalah seorang yang kelak Allah pilih untuk kerja kenabian, dia adalah pangeran dari kerajaan batil.

Hari ini kita menyaksikan sendiri betapa banyak pangeran-pangeran dari kerajaan-kerajaan batil. Barangkali juga secara tidak sadar kita adalah salah satu dari pangeran-pangeran tersebut. Sadar atau tidak, kita dimanjakan dalam kebatilan, lalu kita menyangka bahwa kebahagiaan kita ada di sana. Fasilitas dan berbagai kemudahan lainnya kita dapatkan sedemikian rupa sehingga kita merasa kebesarannya dalam hati kita. Lalu seolah-olah kita tak akan dapat hidup tanpa fasilitas dan perlindungan dari ‘raja’ kita.

Akan tetapi kemudian sebagian kita menjadi sadar akan jati dirinya. Sebagian lagi menginsafi bahwa hanya Allah saja yang patut dimintai pertolongan dan hanya Dia saja yang patut disembah dan dituruti perintah2-Nya secara mutlak. Setelah tahapan ini kitapun menyaksikan bahwa bila seseorang menyeberangi kebathilan, maka kebathilan tersebiut akan menghabiskannya dengan cara yang bathil. Persis seperti Raja Fir’aun yang berusaha menghabisi Pangeran Musa.

Pangeran Musa lari ke Madyan dan di sana dia mendapat pencerahan rohani lewat perkhidmatannya kepada nabi Syu’aib a/s. Tidak dilewati hari-harinya kecuali dia ganti kebesaran Fir’aun yang ada dalam hatinya dengan kebesaran Allah yang maha agung. Nabi Syu’aib a.s. sudah melakukannya dengan baik apa yang seharusnya dia lakukan bagi Musa a.s. Dan demi usaha tersebut (yakni menghapus kebesaran makhluk dan menggantinya dengan kebesaran Allah), Sang Pangeran melakukannya dengan mujahadah. Bayangkan betapa susahnya mengganti pola hidup dari serba cukup menjadi serba kurang. Dari seorang yang biasa memerintah kepada seorang yang diperintah. Lalu kemana pangeran-pangeran masa kini akan lari?

Sesungguhnya Allah maha pemberi petunjuk dan Dia sangat mengasihani siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang terbuang dan terzhalimi. Maka Allah menunjukkan jalan itu bagi kita dan Dia sendiri menyediakan tempat-tempat pencerahan yang banyak di muka bumi saat ini. Bila Musa a.s. lari ke Madyan maka hendaknya kita lari secepatnya ke Masjid-masjid. Bila Musa a.s. dapat pencerahan lewat bayan-bayan dan tarbiyah di Madyan, maka cara terdekat dengan hal itu adalah dengan menghidupkan suasana iman-yakin yang benar di masjid-masjid dimana kita akan mendapat pencerahan yang sama disana.

Fir’aun-Fir’aun masa kini terus mengejar kita dimana saja kita berada di belahan bumi ini. Kita tidak punya cukup waktu untuk berleha-leha. Sebagaimana Musa a.s. mentarbiyah dirinya sendiri sehingga mampu kembali kepada Fir’aun dengan dakwahnya, maka kitapun mesti mentarbiyah diri kita sendiri sedemikian rupa hingga kita dapat berdakwah kepada mereka. Allah bersama para da’i. Dan Musa a.s. tidak membangun pasukan khusus atau menyediakan senjata-senjata canggih untuk mengalahkan Fir’aun. Dia yakin Allah bersamanya dan benarlah keyakinannya, lalu Allah menolongnya.

Subhanallah

*

Tidak ada komentar:

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...