17/11/2008

Kerisauan Ali dari Chili

Di Chili ada beberapa beberapa tempat ibadah tua yang dibangun dengan model masjid, lengkap dengan kubah dan menaranya, bahkan arahnya ke ka’bah (Mekkah). Sekitar 200 tahun yang lalu warga Chili telah membina bangunan2 semacam ini. Pertanyaannya adalah kenapa demikian? Bila mereka bukan muslim, apa keuntungan mereka berbuat seperti itu. Mestinya mereka tidak bermaksud menarik simpati kaum muslimin, karena saat itu di sana tentu jumlah muslim minim sekali secara statistik (atau mungkin juga tidak ada). Bila mereka muslim, kenapa mereka melakukan ritual agama lain?

Arsitek2 dari gedung2 tersebut mestinya adalah mereka yang suka kepada Islam. Akan tetapi bila hanya arsitek yang suka tapi tidak ada dukungan jamaahnya, tentu hal inipun tidak akan terwujud. Maka bangunan2 yang dibina sedemikian rupa adalah hasil kesepakatan dari seluruh jamaahnya. Perkiraan yang paling mungkin adalah bahwa mereka adalah orang2 Islam yang tidak tahu-menahu tentang apa dan bagaimana agama ini dapat diamalkan. Kisah2 seperti ini nyatanya banyak kita jumpai bila kita rajin bergerak di setiap penjuru dunia.

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa bila penduduk suatu negeri tidak lagi beriman dan bertakwa kepada Allah, padahal Allah mencintai mereka karena agama ini (Islam), maka Allah sendiri yang akan menggantikan mereka dengan kaum lain yang lebih baik dan lebih berkualitas. Tidak menjadi masalah apakah kaum pengganti tersebut ada di negeri yang sama atau di negeri yang berbeda. Dan bagian dari keputusan Allah adalah bahwa Dia ‘membuang’ siapa saja yang punya potensi namun tidak berguna. Ini satu pelajaran yang mahal, bahwa bila suatu kaum terlena dengan kesibukan dunia hingga tidak ada sedikitpun masa bagi kerja nubuwah, maka Allah sendiri yang akan ‘membuangnya'. Dibuang, karena memang tidak ada gunanya lagi untuk kebaikan manusia.

Pada masa2 sulit, yakni ketika Allah memberi peringatan kepada kaum muslimin di negeri Tarikh bin Ziyad, Andalusia, Dia telah menyelamatkan sebagian kecil dari mereka dari kemusnahan total. Siapa saja yang diselamatkan-Nya akan kita jumpai dari deretan nama2 keluarga yang sekarang ada di sana dan juga yang ada di Chili.

Ali Nooramboea adalah seorang yang berperawakan agak kecil dengan kulit berwarna putih bersih. Dia berasal dari Chili, Amerika Selatan. Dia beruntung dan bersyukur kepada Allah karena dia dan keluarganya ada dalam penjagaan Allah untuk tetap berada pada iman yang hak. Menurut cerita yang dituturkan secara turun temurun, generasi2 awal (atau moyang2) sebagian dari mereka adalah kaum muslim.

Nooramboea adalah salah satu nama keluarga yang sudah ratusan tahun ‘eksis’ di negeri Andalusia. Asalnya adalah Nuur (Cahaya, dalam bahasa Arab), namun keadaan telah menjadikan mereka membuat keputusan untuk menyamarkannya kepada bahasa lain (tempatan). Banyak nama2 keluarga yang akarnya berasal dari kata2 Arab. Sayangnya, ketidakpedulian mereka menjadikan sebagian dari mereka tidak lagi mengenal asal-usul mereka, hingga sebagian dari mereka migrasi ke Amerika Selatan. Dan malangnya, mereka meninggalkan dakwah (meski di dalam lingkup keluarga) hingga mereka tidak lagi mengetahui agama yang benar.

Mereka adalah muslim2 yang tidak tahu lagi agamanya. Lalu, siapakah yang akan bertanggung-jawab untuk mengingatkan mereka? Ini adalah peluang dalam kerja nubuwah. Allah berikan kerja ini sebagai satu kehormatan bagi ummat ini. Setiap mukmin, setiap dari kita, punya tanggung jawab atas keselamatan saudara2 kita sendiri, tidak hanya pada daerah2 yang dilanda perang. Untuk itu, sudah selayaknya bagi setiap orang2 yang takut kepada Rabb mereka, menyatakan, “Ini adalah tanggung jawab saya.” Bila demikian, maka tidak seorangpun yang layak memberikan tanggung-jawabnya kepada orang lain, kecuali bila dia bersedia untuk dihinakan dan dikenal sebagai orang yang tidak bertanggung-jawab di dunia dan di akhirat.

Subhanallah
*

03/11/2008

10 Muharram

Salah satu kesukaan Allah (swt) adalah bahwa Dia memberikan kegembiraan kepada hamba2 yang disenangi-Nya dari arah dan dengan cara yang tak pernah diduga sebelumnya. Adakalanya seorang hamba menderita berkepanjangan (hingga se-olah2 tidak ada secercah cahayapun yang dapat diharapkannya) sehingga dia mendekati pintu keputus-asaan yang tidak diinginkannya. Dalam keadaan itu, tiba2 Allah memberinya 'surprise' diluar daya jangkau akal manusia. Dan banyak lagi keadaan dimana se-olah2 Allah menunda, menumpuk dan mengumpulkan kegembiraan (yang menjadi hak hamba-Nya) agar dapat diterima oleh sang hamba dalam kadar yang besar, yang akan menghapus segala kesedihan dan duka cita sebelumnya.

Sesungguhnya kegembiraan yang sebenarnya hanya dapat dirasakan oleh mereka yang telah melalui tahapan2 mujahadah, musibah, derita, duka lara dan hal2 lain yang sejenisnya. Dan kebahagiaan sejati ada pada mereka yang mendapatkannya ketika dihilangkan darinya segala bentuk kemalangan dan kesengsaraan. Bila hari ini kita belum memiliki dan merasakannya, barangkali karena kita belum pernah atau bahkan tidak mau untuk menderita. Barangkali karena hal itu pulalah maka kita belum lagi mendapat 'surprise' dari Allah (swt).

Sebagian besar dari kita memang belum siap menderita. Dalam banyak hal, kita juga belum siap untuk bermujahadah di jalan-Nya. Padahal, tidak ada setitik keringat atau setetes air mata atau bahkan setitik darah yang jatuh di jalan-Nya kecuali pasti dan pasti Allah membalasnya dengan ganjaran yang amat besar. Lalu berapa besarnya ganjaran dari Allah? Hanya Dia saja yang tahu secara pasti. Namun demikian, sedikit gambarannya adalah bahwa dunia (yang nampak luas dan memiliki hal2 yang banyak diingini manusia ini) di sisi-Nya tidak lebih berharga daripada sekepak sayap seekor nyamuk.

Apabila kita belum siap menderita, maka saudara2 kita yang saat ini menderita adalah lahan subur bagi kita agar kita dapat menuai hasilnya di hari kemudian, yakni dengan cara menolong mereka. Mereka yang menderita ada di mana2, bahkan terserak di setiap pelosok bumi dimana manusia ada di sana. Mereka ada 'disini' (di sekitar tempat tinggal kita) dan ada 'disana' (di tempat2 yang jauh dari kita berada). Adakalanya kita malah dapat melihat mereka di tempat yang jauh dan gagal untuk menemukan mereka di sekitar kita.

Apabila kita belum siap menderita, maka hari Asyura (10 Muharram) adalah hari istimewa buat kita untuk memulai sesuatu yang disukai Allah. Di kampung kita, selalu ada saja mereka yang tidak beruntung memiliki ayah (dan atau ibu). Mereka yatim dan tidak memiliki sandaran yang kepadanya anak2 kecil dapat bergantung dan bermanja. Atau ada kalanya mereka memilikinya secara dzahir, namun tidak demikian pada kenyataan hariannya.

Anak2 yatim adalah tanggung jawab orang2 seluruh kampung. Ayah (dan atau ibu) bagi mereka yang yatim adalah kita semua yang tinggal dalam kampung dimana mereka tinggal. Anak2 ini adalah 'anak bersama'. Hak mereka sama sebagaimana hak anak2 lainnya. Dan hak mereka dari orangtua adalah mendapat nafkah, pendidikan, nasehat yang baik dan menikahkannya bila sudah tiba masanya. Maka, cukuplah satu kampung termasuk kedalam golongan kampung2 yang durhaka kepada Allah (swt) bila tidak ada seorangpun di dalamnya yang peduli kepada anak yatim. Dan jika mereka yang memiliki hak2 tersebut teraniaya lalu berdoa kepada Allah dengan doa yang mereka sukai, niscaya Allah (swt) akan mengabulkannya secara 'cash'.

Peduli kepada anak2 yatim bukan saja pada hari2 yang tertentu. Akan tetapi, apabila kita melupakan mereka karena kesibukan kita pada hari2 yang telah lalu, maka saat2 seperti hari ini adalah satu momentum yang baik untuk kembali mengingat mereka. Lebih daripada itu, Allah (swt) telah berjanji untuk meninggikan derajat hamba2-Nya sebanyak bilangan rambut anak yatim yang dilalui tangannya. [1]

Dan demi kasih sayang kita kepada ahli keluarga kita, kita berkeinginan agar istri (atau suami) kita, anak2 kita, ibu-bapak kita, saudara2 kita, handai-taulan kita termasuk ke dalam golongan hamba2 Allah yang tinggi derajatnya. Maka, kesempatan untuk membelai anak yatim tak boleh lepas dari kita. Tentu saja, kita tidak sekedar membelai kepala mereka, tetapi juga dengan memberikan belanja yang layak dan sesuai bagi mereka. [2]

Subhanallah
*

Catatan kaki:
[1] Rasulullah (saw) bersabda, "Barangsiapa yang membelai kepala anak yatim benar2 karena Allah (dengan rasa kasih sayang), maka Allah akan memberinya pada setiap rambut yang dibelai tangannya beberapa hasanah (pahala)." (HR Ahmad)

[2] Barangsiapa yang meluaskan (nafkah) kepada keluarganya pada hari Asyura', maka Allah akan melapangkan (rizkinya) selama setahun itu. (HR. At-Thabraniy, Al-Baihaqi dan Ibnu Abdil Barr) Keterangan: Asy-Syabaniy berkata, "Semua jalurnya lemah." Al-Iraqi berkata, "Sebagian jalur dari Abu Hurairah dishahihkan oleh Al-Hafidz Ibnu Nashir." Jadi menurutnya hadits ini hasan; Ibnul Jauzi menulisnya di dalam kumpulan hadits palsu, Tamyizuth-Thayyib minal Khabits, no. 1472, Tanbihul Ghafilin, 1/367; Imam As-Suyuthi mengatakan, "Telah diriwayatkan tentang keutamaan meluaskan nafkah sebuah hadits dhaif." Imam Ahmad mengatakan, "Hadits ini tidak ada asalnya, ia tidak bersanad kecuali apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah dari Ibnul Muntasyir, sementara ia adalah orang Kufah, ia meriwayatkan dari seorang yang tidak dikenal." (Al-Ibda', Ali Mahfudz, 150)
*

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...