27/07/2012

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (QS 28:24)



Dan Allah (swt) yang maha gagah perkasa sangat mengetahui apa-apa yang paling diperlukan oleh hamba-hambaNya. Adapun atas doa Musa (as) tersebut, Allah (swt) tidak saja memberi makanan yang diperlukan untuk mengganjal perutnya, tetapi Dia juga memberinya istri yang akan melahirkan anak-anaknya di kemudian hari.

Kisah selengkapnya dari doa untuk mendapatkan jodoh adalah seperti yang diabadikan Allah (swt) dalam Al Qura'an surat Al Qashash 28 ayat 23-28.

Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya) dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya."

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syuaib berkata, "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu."

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (dengan menjadikannya bagian dari keluarga kita)."

Berkatalah dia (Syuaib), "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."

Dia (Musa) berkata, "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan."

Sebagaimana Allah (swt) telah mengajar kita dengan kisah Musa (as), kira-kira demikianlah Dia menghendaki kita untuk meringankan kaki dan tangan kita untuk berkhidmat kepada orang-orang yang layak menerimanya tanpa sedikitpun mengharapkan balasan dari mereka. Sebagaimana nabi Musa (as), Allah (swt) menghendaki kita agar kita meminta kepada-Nya saja. Dan jika telah sampai ketetapan Allah, maka Dia sendiri yang akan memberi balasan (baca: jodoh) dengan cara yang seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Subhanallah. 

20/07/2012

Cinta Allah & Rasul

Alhamdulillah. Satu ketika seorang sahabat Rasulullah saw mendapati suatu keadaan di dalam hatinya yang sedemikian rupa sehingga dia menyangka bahwa dirinya telah berubah menjadi munafik. Sahabat itu Hanzalah ra. namanya.



Sebelum itu, dia bersama sahabat2 yang lain berada dalam suatu majelis saat Rasulullah saw menerangkan perihal akhirat. Sedemikian rupa Rasulullah saw menjelaskan, sehingga siapa pun yang hadir se-olah2 dapat melihat surga dan neraka di depan mereka, maka air mata pun berguguran tanpa dapat mereka menahannya.

Selepas itu, perbincangan2, senda gurau dalam keluarga di rumah telah membuat Hanzalah merasa suka hati. Sejurus kemudian, dia pun menyadari betapa keadaan hatinya telah berubah 180 derajat dibandingkan dengan saat bersama Rasulullah saw. Suasana hati di rumah berbeda dengan di masjid. Lalu dia menyimpulkan dirinya sendiri bahwa dia seorang munafik.

Menyadari 'kekeliruannya' tersebut, maka Hanzalah berlari keluar rumah dan berteriak, "Hanzalah telah munafik… Hanzalah telah munafik…" Demikian dia mengumumkan perubahan dirinya hingga dia bertemu dengan sahabat Abu Bakar ra.

Setelah tahu duduk masalahnya, Abu Bakar pula merasa dirinya serupa dengan Hanzalah. Maka keduanya pergi menjumpai Rasulullah saw, menyampaikan masalah mereka dan berharap agar Rasulullah saw dapat memberi mereka jalan keluarnya.

“Demikianlah keadaan manusia. Kalau saja mereka dapat menjaga keadaan hati mereka sebagaimana saat bersama Rasulullah saw, niscaya malaikat2 akan menyalami mereka dimana saja mereka berada. Sayangnya, keadaan yang demikian sangat jarang terjadi.” Demikian kira2 penjelasan Rasulullah saw kepada keduanya atau dengan kata2 yang seumpama dengan itu.

Dan kita tahu bahwa keduanya adalah sahabat2 yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu, biarkan saja segala sesuatu di sekitar kita berjalan dengan sewajarnya dan sebagaimana mestinya. Yang penting dalam hal ini adalah, bersamaan dengan bergeraknya masa ke depan, kita berusaha untuk memperbaiki hati dan niat kita dengan cara berusaha menunaikan takaza2 agama dan dengan menyempurnakan amal2 agama sesuai dengan batas2 kemampuan terbaik kita.

Hari ini, barangkali kita belum sebaik orang2 yang sudah ‘sampai’. Namun demikian, pengalaman telah mengajarkan kita, bahwa usaha kita di jalan dakwah adalah usaha yang hak, yang pada gilirannya dapat menjadikan kita cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya. Tentu saja, perkara yang demikian dapat terwujud karena dakwah sendiri adalah sarana utama yang dapat menyampaikan kita kepada Allah swt.

Tahapan untuk itu adalah:
1.  Belajar, yakni dengan cara melihat, mendengar, membaca dan muzakarah atau tukar pikiran saat keluar dakwah atau saat buat amal maqomi (tempatan).
2.  Beramal dengan berusaha memprioritaskan amal2 yang sudah dapat kita lakukan secara istiqomah dan berusaha menunaikan amal2 yang sudah kita tahu.
3.  Berdakwah dengan kemampuan sendiri (harta & diri) pada setiap keadaan yang memungkinkan kita melakukan hal itu (karena dakwah adalah maksud hidup kita).
4.  Bereplikasi, yaitu dengan berusaha menjadikan orang2 lain berbuat serupa dengan apa yang kita lakukan, setidaknya menjadikan mereka da’i2 bagi keluarganya.

Ajib, kita akan merasakan perubahan ke arah yang lebih baik, segera setelah kita melakukannya. Jangankan orang2 yang sudah punya dasar2 agama yang baik, bahkan para penjahat pun dapat berubah ke arah yang lebih baik asbab kerja dakwah ini. Dan kalau saja kita dapat bergerak di muka bumi hingga ke pelosok2-nya, maka bukti2 itu akan nampak di depan mata kita. Dengan bergerak, yakin kita akan kerja nabi dan rasul ini akan terus bertambah baik, insya Allah.

Bunga2 iman, seumpama menangis dalam sholat yang melegakan, memberi sesuatu kepada orang lain dengan tanpa merasa rugi, atau amal2 ikhlas lainnya yang seumpama dengan itu, dapat kita jumpai lebih banyak di jalan dakwah. Maka saat2 iman kita sedang naik adalah saat2 terbaik untuk buat keputusan keluar di jalan Allah. Dan saat2 ketika iman kita sedang baik adalah saat2 terbaik untuk dapat memahami agama ini. Untuk itu, mari kita melapangkan masa untuk keluar dakwah.

Subhanallah. 

13/07/2012

Madrasah Kita

Alhamdulillah. Pada dasarnya setiap orang menginginkan keuntungan bagi dirinya sekaligus dengan menghindari bermacam kerugian sebisanya. Dengan kata lain, kita mencari nikmat dan menjauhi derita. Dengan kata lain pula, kita senang kepada hal2 yang memberi manfaat dan benci kepada hal2 yang mendatangkan mudhorot. Sayangnya, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa bersama nikmat tersembunyi derita sebagaimana halnya bersama kesulitan selalu terdapat kemudahan. Selanjutnya, perbedaan terletak pada keyakinan masing2. 



Seseorang yang mengetahui bahwa kerja lembur menguntungkan dirinya secara finansial, maka dia akan berusaha untuk selalu kerja lembur. Bahkan meskipun dengan cara meninggalkan hal2 lain yang bagi orang lain lebih bernilai dan lebih bermanfaat. Seseorang yang memahami bahwa memulung sampah itu memberi manfaat buat dirinya, maka dia akan melakukannya tanpa rasa sungkan dan menjadi tidak peduli dengan panas dan hujan yang menerpanya. Seseorang yang yakin dengan suatu jalan, maka dia akan menempuhnya walaupun di jalan itu ada banyak rintangan.

Amal agama merupakan ekspresi atau ungkapan atas apa2 yang terkandung dalam hati kita. Bahkan hati kita se-olah2 supir yang mengendalikan kemana dan bagaimana anggota tubuh kita bergerak. Karenanya, jika yang terkandung dalam hati sanubari seseorang adalah keutamaan2 agama, maka kita akan dapat melihat perwujudan dari amal2 agama pada mata kita, tangan kita, badan kita dan sebagainya. Sebaliknya, jika yang terkandung di hati sanubari adalah hal2 yang lain, maka kita juga akan mendapatkan ekspresi yang sesuai dengan kandungannya.

Dalam hal ini orang tua memberi perumpamaan dengan pesawat. Jika pesawat didorong atau ditarik, maka dia akan bergerak, akan tetapi laju geraknya tidak secepat jika digerakkan oleh mesinnya sendiri. Jika didorong atau ditarik, pesawat akan bergerak juga, tapi bukan gerak aslinya. Geraknya sesuai dengan tenaga pendorong atau penariknya. Berbeda dengan hal itu, pesawat yang digerakkan oleh mesinnya sendiri akan melaju dengan kekuatan penuh yang besar yang dapat memberi manfaat kepada para penumpangnya.

Perkara yang sama juga berlaku bagi anak istri kita dalam mengamalkan agama. Sama seperti mesin pesawat, potensi dalaman mereka yang luar biasa dapat dihidupkan, maka kekuatan itu dapat menggerakkan jasad mereka kepada kecenderungan2 apa saja yang kita tanam dalam hati mereka. Dan jika hati mereka dipenuhi dengan keutamaan2 amal agama, maka kelak kita akan mendapatkan amal perbuatannya sama seperti yang dituntut dari agama ini.

Hampir dapat dipastikan bahwa hasil yang baik selalu didahului oleh usaha dan kesungguhan dalam memperolehnya. Dan usaha itu sendiri tidak pernah terlepas dari masa atau waktu. Artinya, siapapun yang berusaha maka dia mesti menggunakan waktu yang tertentu. Dan untuk menghadirkan keutamaan2 (fadhilah) amal ke dalam hati orang2 yang kita sayangi, maka kita juga memerlukan waktu yang khas. Tanpa hal itu, maka kandungan dan kecenderungan hati mereka tidak akan sama dengan apa yang kita miliki atau yang kita usahakan untuk memilikinya.

Ta'lim bersama, seumpama dengan membaca buku2 fadhilah amal, akan mensinkronkan kadar kecintaan mereka kepada agama dengan apa yang telah kita peroleh. Dan ini memerlukan waktu yang tertentu. Dengan mengkondisikan keadaan rumah kita sebagaimana keadaan masjid nabawi pada masa hayat Rasulullah (saw) yang hidup dengan amalan dakwah, ta'lim, ibadah dan khidmat, kelak kita akan dapat memperoleh dari ahli keluarga kita sebagaimana Rasulullah (saw) telah mendapatkannya dari para sahabatnya.

Jika istri dan anak2 kita masih berat melakukan ta'lim bersama kita, maka cara yang bijaksana adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri. Untuk itu kita perlu menyediakan waktu yang khas setiap hari, lalu kita istiqomah atas urusan ini. Jika kita sungguh2, maka kita akan mengalahkan urusan lain dengan memenangkan ta'lim setiap hari.

Ada dua hal yang dapat menunjang usaha kita, yakni dengan mengkondisikan suasana masjid di rumah kita dan dengan menghadirkan diri kita di masjid2 yang ada amal masjid seperti amal masjid nabawi.

Mengkondisikan suasana masjid di rumah kita tidak berarti dengan cara merehab rumah menjadi seperti masjid, tapi hal itu lebih kepada usaha untuk mengubah suasana hotel (yakni menjadikan rumah untuk tidur saja), restauran (yakni menjadikan rumah untuk makan saja) atau bioskop (yakni menjadikan rumah untuk nonton saja) kepada suasana masjid yang hidup dengan amal2 dakwah, ta'lim, ibadah dan khidmat.

Jika kita (para suami) merasa berat untuk melakukan hal itu, maka sudah selayaknya kita sendiri yang terlebih dahulu masuk kedalam suasana seperti itu. Lalu bagaimana caranya? Untuk urusan ini kita dapat merencanakan cuti sekira 3 hari lalu bergabung dengan orang2 yang sedang berusaha ke arah yang sama di masjid2 yang tak jauh dari tempat kita tinggal. Dan jika kita benar2 mencintai mereka, maka cuti 3 hari masih tidak sebanding dengan kelalaian kita selama ini dalam membiarkan suasana2 hotel, restauran dan bioskop mendominasi rumah kita.

Subhanallah. 

06/07/2012

Sunnah Rasulullah

Masya Allah. Dulu, waktu saya beranjak remaja, saya pernah ingin untuk segera menjadi dewasa. Agar nampak dewasa, maka saya mengenakan pakaian ayah saya. Tentu saja, badan saya yang masih kecil menjadi tenggelam dalam pakaian yang 'kedombrangan'. Lalu bisa kita bayangkan, betapa 'lucu' keadaan saya saat itu, atau mungkin juga malah jelek (hal itu bergantung kepada siapa yang memandang saya). Memang, apa2 yang berlaku sebelum sampai pada waktunya seringkali nampak aneh dan janggal. 




Ketika Usman bin Affan (ra) diutus oleh Rasulullah (saw) kepada kaum musyrikin Mekkah dengan maksud agar mereka dapat memasukki Mekkah tanpa memutuskan tali silaturrahmi (yakni pada saat2 menjelang disepakatinya perjanjian Hudaibiyah), beberapa orang dari kaum musyrikin telah mentertawakan pakaian Usman (ra) yang tergantung sebatas betis. Mereka menawarkan pakaian yang lebih layak dan lebih indah yang seharusnya dikenakan olehnya. Akan tetapi, tanpa rasa rendah diri, Usman (ra) mengatakan bahwa demikianlah pakaian yang ditiru oleh kaum muslimin dari Rasulullah saw.

Dan tentu saja, kisah diatas adalah bagian kecil dari gambaran bagaimana sahabat2 terdekat Rasulullah sangat bergairah mengikuti apa saja yang dapat ditiru dari Rasulullah (saw), dari ujung rambut sampai ujung kakinya, dari pandangan mata hingga ke langkah2 yang ditempuh kakinya, dari apa2 yang disimpan di hati hingga ke pemikiran dan kerisauannya, dari cara mengatur ucapan hingga cara mendengarkan pembicaraan orang lain, dan seterusnya.

Adapun kita, ummat akhir zaman, benar2 sudah sangat jauh dari masa kerasulan nabi Muhammad (saw). Diantara kita ada orang2 yang dapat memadukan keadaan saat ini dengan nilai2 dasar yang telah disampaikan oleh Rasulullah (saw). Tidak ada celaan kepada mereka, bahkan mereka adalah orang2 yang fleksible. Barangkali mereka seperti ilalang yang mudah condong ke arah angin bertiup. Akan tetapi keadaan mereka yang demikian justru memungkinkan mereka lebih kuat menahan badai tinimbang pohon yang nampak kokoh.

Selain itu, diantara kita juga hadir orang2 yang kecintaan kepada sunnah Rasulullah (saw) sedemikian rupa sehingga orang2 yang tidak memahami kedalaman cinta mereka cenderung memandang mereka sebagai orang2 'gila'. Sahabat2 dekat Rasulullah bahkan meniru apa2 yang mereka lihat langsung dari Rasulullah (saw) meskipun secara logika awam tidak layak dilakukan, seumpama mengambil makanan yang terjatuh ke tanah, membersihkannya dan memakannya dengan yakin yang sempurna bahwa hal itu barokah dan menyehatkan, karena mereka melihat sendiri bagaimana Rasulullah (saw) melakukan hal itu.

Semakin banyak seseorang mengetahui kelakuan Rasulullah (saw) -sementara dakwah telah menjadikannya semakin cinta kepada agama ini-, maka semakin besarlah keinginannya untuk mengamalkan apa saja yang dapat dilakukannya. Orang2 seperti ini akan berterusan hadir di muka bumi, insya Allah. Mereka melakukan bahkan kelakuan apa saja yang mereka meyakininya bahwa Rasulullah (saw) pernah melakukannya. Dan mereka tidak malu dengan cibiran dan hinaan manusia. Namun demikian, kelebihan yang mereka miliki tidak seharusnya menjadikan mereka sombong dengan memaksa orang2 yang belum sampai ke tahap mereka untuk melakukan apa2 yang telah dapat mereka lakukan.

Mengamalkan sunnah dapat berarti menyederhanakan kehidupan kita, sekaligus mengurangi ketergantungan kita kepada hal2 yang tidak sederhana, baik yang disadari ataupun tidak disadari. Namun demikian, kenyataan hari ini adalah bahwa keadaan kita (para da'i, para karkun) sangat bervariasi. Karenanya penerimaan kita terhadap sesama kita sedemikian rupa, sehingga kita salut kepada orang2 yang sudah dapat istiqomah dengan gamis, topi, celak, jenggot, tongkat atau hal2 lain yang seumpama dengan itu dan kita tidak mencela orang2 yang terikat dengan dunianya sebagaimana orang2 'dunia' hari ini menampilkan dirinya.

Kecintaan orang2 tertentu terhadap sunnah Rasulullah (saw) barangkali setinggi langit. Akan tetapi, tidak semua yang tinggi dapat selalu diraih. Karenanya, apa2 yang dapat mereka lakukan maka mereka akan melakukannya dan apa saja yang belum dapat mereka lakukan maka mereka akan menanam niat dalam2 untuk melakukannya suatu masa kelak. Dan ketika kita tahu bahwa keadaan dunia saat ini tidak atau belum kondusif untuk urusan itu, maka ketahuilah bahwa Allah (swt) mengetahui keberadaan setiap niat baik yang dikandung dalam hati seluruh hamba2-Nya. Dan Allah (swt) maha mensyukuri apa saja yang ditujukan kepada-Nya.

Subhanallah. 

30/06/2012

Enam Dirham

Bismillahir rahmanir rahiem.


Seorang pengemis datang kepada Ali r.a. Beliau lalu menyuruh salah seorang anaknya agar ibunya, Fatimah r.ha., memberi satu dirham dari enam dirham simpanannya. Anaknya kembali dengan berita bahwa uang itu disimpan untuk membeli tepung.

Ali r.a. berkata, “Manusia tidak akan sempurna imannya selama dia masih bergantung kepada apa yang ada di sisinya daripada apa yang ada di sisi Allah. Suruh ibumu memberikan semua dirham itu.”

Dengan peringatan suaminya, Fatimah r.ha. tidak ragu-ragu lagi, lalu dia memberikan semua dirham kepada pengemis tadi.

Subhanallah. 

23/01/2009

Nabi Musa

Apa yang diceritakan Allah dalam kitab-Nya berupa kisah nabi-nabi atau kaum-kaum terdahulu adalah kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya pernah terjadi. Alhamdulillah, Kita meyakininya sedemikian rupa sehingga seakan-akan kita melihat kejadian-kejadian tersebut ada di depan mata kita sendiri. Ajib, kejadian demi kejadian telah dikemas-Nya sedemikian rupa (dalam kitab-Nya) sehingga orang yang awampun akan mendapat manfaat darinya.




Siapa saja yang membacanya lagi dan lagi, maka dia akan menangkap pesan-pesan Allah di dalamnya. Kisah-kisah yang ada di dalam kitab-Nya adalah tidak hanya sekedar pengetahuan bagi umat ini, akan tetapi lebih dari itu kita dapat belajar dari pengalaman orang-orang terdahulu. Padahal orang-orang yang pandai lagi bijaksana adalah mereka yang tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dari kesalahan yang sama yang telah dibuat kaum-kaum terdahulu. Bila demikian halnya, pasti kisah-kisah di dalam kitab-Nya selalu relevan dengan keadaan kita hari ini.

Ketika Allah menyebut nama nabi Musa a.s. berulang-ulang, hal demikian juga suatu pelajaran buat kita. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menjadikan Musa as. terpelihara justru oleh orang yang akan menjadi musuhnya kelak. Fir’aun yang memusuhinya menyadari keadaan tersebut, namun demikian dia tidak punya kekuatan sedikitpun untuk membinasakannya. Allah menunjukkan kepada kita bahwa meskipun Musa kecil tidak memiliki apapun, hatta untuk melindungi dirinya sendiri, dia ada dalam penjagaan-Nya yang kuat. Dengan cara ini Allah yang maha agung memberi pesan kepada kita bahwa segala sesuatu selalu ada dalam kontrol-Nya dan Dia berkuasa penuh bahkan dalam menentukan detil-detil skenario apapun.

Dengan ijin Allah, Musa as dididik secara langsung oleh ibunya sendiri. Sang ibu (yang mengalami dan membuktikannya sendiri) menjadi sangat yakin dengan kekuasaan Allah. Dan Musa kecil mendapat pengajaran bahwa Allah kuasa dan makhluk tak kuasa. Tentu saja sang ibu menceritakannya dengan bangga dan berulang-ulang. Dia menceritakan bagaimana Allah menyelamatkannya dengan cara yang dikehendaki-Nya. Allah mengendalikan segala sesuatu, sedangkan selain-Nya ada dalam kendali-Nya. Dan saudara perempuan Musa a.s. (yang menyaksikan detik-detik penyelamatannya) menjadi saksi hidup yang membenarkan apa yang disampaikan sang ibu kepada anaknya.

Musa kecil adalah ‘anak angkat’ raja Fir’aun yang adi kuasa. Dengan demikian dia adalah pangeran dalam kerajaan yang superpower pada jamannya. Kemudian kita memaklumi bahwa dia tumbuh dan menjadi besar dalam lingkungan yang mengajarkan bahwa Fir’aun adalah raja yang berkuasa penuh, bahkan dalam menentukan hidup atau matinya seseorang. Dan dia melihat serta menyaksikan sendiri kenyataan itu. Keyakinannya berubah sejalan dengan masuknya kebesaran kerajaan dan orangtua angkatnya kedalam hatinya. Dari biografinya, kita mengetahui bahwa nilai keyakinannya nampak pada keputusan yang dibuat-Nya pada saat masalah timbul diantara keduanya.

Ketika Musa a.s. secara tak sengaja membunuh seorang pegawai kerajaan, kitapun memakluminya bila Musa muda lebih takut kepada Fir’aun daripada takut kepada Allah. Keyakinannya sedemikian rupa sehingga dia beranggapan bahwa bila Fir’aun tidak mampu membunuhnya ketika bayi, tentu dia akan membunuhnya pada kesempatan tersebut. Selanjutnya Musa as. menyadari, bahwa meskipun dia seorang pangeran akan tetapi kedudukan tersebut tidak sedikitpun dapat memberi jaminan keselamatan baginya. Maka keputusannya adalah dia harus pergi dari kerajaan. Dan diapun lari menuju Madyan. Subhanallah.
**

Kisah nabi Musa a.s. adalah salah satu bagian kecil dari kekuasaan-Nya yang maha luas. Allah senang menceritakan kisah-kisahnya secara berulang-ulang bagi kita sebagaimana kita dapatkan dalam catatan-catatan-Nya yang terpelihara.

Setiap perkara yang hak adalah jelas. Dan Tuhan yang satu, yang menciptakan langit dan bumi, satunya adalah jelas. Tidak ada tuhan lain yang layak menyandang sebutan ini kecuali Allah. Sebaliknya, setiap bentuk yang berlawanan dengan yang hak adalah batil. Perkara yang batil pun jelas. Diantara keduanya ada perkara yang samar-samar. Maka siapa saja yang memasuki daerah yang samar-samar tersebut, dia akan cenderung kepada yang batil.

Ketika Fir'aun mengatakan "ana robbukumul 'ala" (Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi), maka pernyataannya sangat jelas, bahwa hal itu adalah batil. Dia batil karena hanya Allah-lah tuhan yang paling tinggi. Dia batil, maka kerajaannya pun menjadi batil. Dan meskipun Musa muda adalah seorang yang kelak Allah pilih untuk kerja kenabian, dia adalah pangeran dari kerajaan batil.

Hari ini kita menyaksikan sendiri betapa banyak pangeran-pangeran dari kerajaan-kerajaan batil. Barangkali juga secara tidak sadar kita adalah salah satu dari pangeran-pangeran tersebut. Sadar atau tidak, kita dimanjakan dalam kebatilan, lalu kita menyangka bahwa kebahagiaan kita ada di sana. Fasilitas dan berbagai kemudahan lainnya kita dapatkan sedemikian rupa sehingga kita merasa kebesarannya dalam hati kita. Lalu seolah-olah kita tak akan dapat hidup tanpa fasilitas dan perlindungan dari ‘raja’ kita.

Akan tetapi kemudian sebagian kita menjadi sadar akan jati dirinya. Sebagian lagi menginsafi bahwa hanya Allah saja yang patut dimintai pertolongan dan hanya Dia saja yang patut disembah dan dituruti perintah2-Nya secara mutlak. Setelah tahapan ini kitapun menyaksikan bahwa bila seseorang menyeberangi kebathilan, maka kebathilan tersebiut akan menghabiskannya dengan cara yang bathil. Persis seperti Raja Fir’aun yang berusaha menghabisi Pangeran Musa.

Pangeran Musa lari ke Madyan dan di sana dia mendapat pencerahan rohani lewat perkhidmatannya kepada nabi Syu’aib a/s. Tidak dilewati hari-harinya kecuali dia ganti kebesaran Fir’aun yang ada dalam hatinya dengan kebesaran Allah yang maha agung. Nabi Syu’aib a.s. sudah melakukannya dengan baik apa yang seharusnya dia lakukan bagi Musa a.s. Dan demi usaha tersebut (yakni menghapus kebesaran makhluk dan menggantinya dengan kebesaran Allah), Sang Pangeran melakukannya dengan mujahadah. Bayangkan betapa susahnya mengganti pola hidup dari serba cukup menjadi serba kurang. Dari seorang yang biasa memerintah kepada seorang yang diperintah. Lalu kemana pangeran-pangeran masa kini akan lari?

Sesungguhnya Allah maha pemberi petunjuk dan Dia sangat mengasihani siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang terbuang dan terzhalimi. Maka Allah menunjukkan jalan itu bagi kita dan Dia sendiri menyediakan tempat-tempat pencerahan yang banyak di muka bumi saat ini. Bila Musa a.s. lari ke Madyan maka hendaknya kita lari secepatnya ke Masjid-masjid. Bila Musa a.s. dapat pencerahan lewat bayan-bayan dan tarbiyah di Madyan, maka cara terdekat dengan hal itu adalah dengan menghidupkan suasana iman-yakin yang benar di masjid-masjid dimana kita akan mendapat pencerahan yang sama disana.

Fir’aun-Fir’aun masa kini terus mengejar kita dimana saja kita berada di belahan bumi ini. Kita tidak punya cukup waktu untuk berleha-leha. Sebagaimana Musa a.s. mentarbiyah dirinya sendiri sehingga mampu kembali kepada Fir’aun dengan dakwahnya, maka kitapun mesti mentarbiyah diri kita sendiri sedemikian rupa hingga kita dapat berdakwah kepada mereka. Allah bersama para da’i. Dan Musa a.s. tidak membangun pasukan khusus atau menyediakan senjata-senjata canggih untuk mengalahkan Fir’aun. Dia yakin Allah bersamanya dan benarlah keyakinannya, lalu Allah menolongnya.

Subhanallah

*

12/01/2009

Tuhan Kita

Tuhan kita adalah

Yang kepadanya kita merasa takut lebih daripada yang lain
Yang kepadanya kita merasa cinta lebih daripada yang lain


Yang kepadanya kita merasa yakin lebih daripada yang lain
Yang kepadanya kita bergantung lebih daripada yang lain

Yang kepadanya kita mengenal lebih daripada yang lain
Yang kepadanya kita mengingat lebih daripada yang lain
Yang kepadanya kita mengabdi lebih daripada yang lain
Yang kepadanya kita mengharap lebih daripada yang lain

Yang kepadanya kita arahkan pembicaraan utama kita
Yang kepadanya kita tujukan amal perbuatan utama kita
Yang kepadanya kita korbankan kesenangan utama kita
Yang kepadanya kita gantungkan keinginan utama kita

Yang kepadanya kita berusaha agar kita selalu bersamanya
Yang kepadanya kita berjuang agar kita selalu di dekatnya
Yang kepadanya kita berhasrat agar kita selalu dengannya
Yang kepadanya kita berbuat hingga hati dan fikir kita dipenuhinya

Tuhan kita adalah dia yang paling banyak kita bincangkan dalam hidup kita
Tuhan kita adalah dia yang paling banyak kita bicarakan dalam majelis kita
Tuhan kita adalah dia yang paling banyak kita sebut kapan saja dan dimana saja
Tuhan kita adalah dia yang paling banyak kita ucapkan sesaat sebelum mati

Jika demikian adanya, maka setiap dari kita dapat mengetahui sendiri siapa tuhannya. Dan apabila kita masih juga menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah, maka hendaknya kita dapat mengakui secara ksatria bahwa kita sama bodohnya dengan orang-orang yang menyembah berhala batu tempo dulu.

Sebagaimana kita mentertawakan para penyembah patung berhala yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak juga dapat mendatangkan mudharat, seperti itu pulalah hendaknya kita mentertawakan diri kita sendiri manakala kita masih menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah. Jika tidak demikian, tentu saja para penyembah berhala batu itu akan menggugat kecerdasan kita.

Subhanallah
*

29/12/2008

Bersyukur kepada Allah

Kita bersyukur kepada Allah yang maha memelihara. Kita bersyukur dengan apa saja yang Dia berikan kepada kita. Dia maha adil dalam memelihara apa saja yang telah selesai diciptakan-Nya. Dia maha

bijaksana dalam memberi kepada siapapun yang berada dalam pemeliharaan-Nya. Dia memberi sesuatu begitu banyak kepada sebagian orang dan memberi sedikit kepada sebagian lainnya. Dia memberikan kadar2 tertentu diluar daya jangkau manusia dan membagikannya jauh diatas standard manusia.

Kita bersyukur kepada Allah atas apa saja yang Dia ciptakan agar kita menikmatinya. Kita bersyukur kepada Allah atas segala suasana dan keadaan meskipun hal itu (se-olah2) tidak berpihak kepada kita. Kita bersyukur kepada Allah atas keadaan tenteram-sejahtera yang meliputi kita. Kita bersyukur kepada Allah juga atas suasana resah-gelisah yang membelenggu sebagian dari kita. Kita bersyukur kepada Allah atas suasana perang atau damai yang Dia turunkan kepada kita. Kita bersyukur kepada Allah karena Dialah yang paling layak untuk kita syukuri.

Dalam keadaan damai, tenteram dan sejahtera, kita dapat mengumpulkan bekal se-banyak2-nya melalui amalan2 sebagaimana Rasulullah dan sahabat2-nya melakukannya pada saat mereka dalam keadaan seperti itu. Dan Allah yang maha mensyukuri pasti akan memberikan balasan yang sempurna atas ‘kerja’ yang dapat ditunaikan hamba-Nya. Dia mensyukuri hamba-Nya bahkan dengan memberinya barakah dan kebaikan lain yang menjadikan sang hamba tersebut semakin kaya dengan amalan2 yang menyukakan-Nya. Bila seorang hamba bersyukur kepada-Nya, maka Dia akan lebih 'bersyukur' lagi kepadanya.

Dalam keadaan perang, resah dan gelisah, kita juga dapat mengumpulkan bekal se-banyak2-nya melalui amalan2 sebagaimana Rasulullah dan sahabat2-nya mencontohkannya pada saat mereka dalam keadaan seperti itu. Dan Allah yang maha mensyukuri pasti akan memberikan balasan yang sempurna atas ‘kerja’ yang dapat ditunaikan hamba-Nya. Dia mensyukuri hamba-Nya bahkan dengan memberinya barakah dan kebaikan lain yang menjadikan sang hamba tersebut semakin kaya dengan amalan2 yang menyukakan-Nya. Bila seorang hamba bersyukur kepada-Nya, maka Dia akan lebih 'bersyukur' lagi kepadanya.

Allah selalu melipat-gandakan balasan bagi setiap amalan yang ikhlas, yakni yang ditujukan hanya untuk-Nya saja. Dan Dia tidak pernah merasa khawatir sedikitpun akan berkurangnya khasanah milik-Nya. Khasanah-Nya tidak akan pernah berkurang meskipun Dia tunaikan hajat dan keperluan seluruh jin dan manusia. Dia maha agung dan maha kaya lagi maha memberi kekayaan. Maka, tidak layak buat seorang hamba yang memiliki sesuatu secara terbatas merasa khawatir terhadap khasanah-Nya.

Untuk itu, pertanyaan kita yang paling layak diajukan tiap kali kita berniat untuk melakukan suatu amal adalah: Apa kehendak Allah atasnya dan bagaimana cara Rasul-Nya (dan sahabat2-nya) menunaikannya? Hanya dengan cara seperti itulah kita akan mempunyai harapan yang besar untuk masuk ke dalam golongan mereka yang bersyukur kepada Allah. Dan kita berusaha agar apa yang kita buat selalu mengikuti standar Rasulullah saw dan sahabat2-Nya. Kita yakin bahwa hanya dengan cara seperti itulah, maka amalan2 yang kita buat ada nilainya di sisi Allah.

Selanjutnya, kita berusaha pada bidang2 yang memang Dia menghendakinya agar kita ada di sana. Kita berusaha lagi dan lagi dengan yakin yang pasti bahwa Dia sangat pemurah dan sangat mengasihani hamba2-Nya. Kita yakin bahwa Dia pasti akan membalas setiap kebaikan dengan nilai yang berlipat ganda, sama saja apakah kita menginginkan balasannya ataupun tidak. Dia sudah berjanji dan Dia adalah se-baik2 yang dapat memenuhi janji.

Subhanallah
*

15/12/2008

Saudara Palestina

Selama beberapa hari saya berkesempatan menjadi dekat dengan 3 orang Palestina (mereka menggunakan paspor Israel) yang berkunjung ke Mimburi, Bangkok. Hubungan kami sedemikian rupa sehingga seorang diantara mereka beberapa kali menyatakan bahwa dia mencintai saya karena Allah.

Kejadian ini adalah pengalaman pertama saya, dimana seorang lelaki menyatakan cintanya (karena Allah). Hal demikian mengingatkan saya akan mahfum sebuah hadits saat Rasulullah yang mulia menganjurkan kepada sahabat2-nya agar mereka dapat mengungkapkan cintanya (dengan kata2) kepada mereka yang dicintainya (karena Allah). Dan saya merasakan bahwa ungkapan yang demikian malah menambah kadar cinta yang sudah ada.

Kehadiran mereka di Thailand menyadarkan kita bahwa keadaan umum saudara2 kita di Palestina dalam banyak hal ternyata sama seperti keadaan kebanyakan kita. Muslim, akan tetapi amal keseharian mereka tidak seperti namanya. Padahal, muslim adalah satu sebutan buat mereka yang menyerahkan hidup dan matinya untuk Allah saja. Muslim adalah mereka yang berserah diri kepada Allah dengan cara sebagaimana yang dikehendaki-Nya saja. Sementara itu, saudara2 kita dari Palestina barangkali termasuk mereka yang sampai hari ini selalu bertanya, kapan pertolongan Allah datang?

Sepanjang sejarah ummat ini, se-kali2 kita tidak memenangkan peperangan dengan banyaknya jumlah pasukan. Tidak juga kemenangan diperoleh dengan persenjataan kita yang lengkap dan canggih. Kemenangan yang telah kita peroleh adalah se-mata2 karena adanya pertolongan Allah. Kita juga ingat, betapa banyak kelompok (kita) dengan jumlah yang sedikit dapat mengalahkan musuh dengan jumlah yang banyak.

Atas dasar rahmat dan kasih sayang-Nya, sebenarnya Allah telah memberitahu cara terbaik untuk menarik pertolongan-Nya. Dia telah memperlihatkan kepada kita melalui sirah nabi-Nya amalan2 yang dapat menurunkan bantuan-Nya sekaligus juga menampakkan amalan2 yang dapat menjauhkan bantuan dari langit.

Allah, Dia menciptakan kematian semudah menciptakan kehidupan. Dialah yang menciptakan suasana2 dan keadaan2 yang kita rasakan semudah menciptakan apa saja yang dapat kita lihat dan kita dengar. Dia menciptakan kesusahan dan kesedihan semudah menciptakan kemudahan dan kegembiraan. Sesungguhnya, tidak ada sedikitpun kesulitan bagi-Nya untuk mengatur dan mengurus apa saja yang telah diciptakan-Nya.

Bila kita melihat saudara2 kita dalam musibah, barangkali langkah yang terbaik adalah dengan cara mendatanginya. Bantuan berupa materi sememangnya sangat membantu mereka. Akan tetapi, mengingatkan dan menyadarkan mereka akan rencana dan kewenangan Allah sangatlah tidak patut untuk diabaikan. Sudah selayaknya kita datang kepada mereka dan mengingatkan bahwa Allah tidak pernah menganiaya semua makhluk yang telah diciptakan-Nya sendiri. Kita juga sangat layak untuk datang dan mengingatkan mereka agar mereka sendiri kembali kepada Allah dan menunaikan semua perintah2-Nya. Dan untuk apa2 yang tidak bisa kita bantu, kita mengingatkan agar mereka datang sendiri kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya dengan sabar dan sholat.

Sungguh, Allah akan menurunkan bantuan-Nya bila kita layak untuk diberi bantuan menurut pengetahuan-Nya. Dan Dia hanya akan menolong kita pada saat kita merasa bahwa kita dan seluruh makhluk adalah lemah sementara pada saat yang sama kita yakin bahwa hanya Allah saja yang kuat lagi maha perkasa. Dan sungguh, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah.

Subhanallah
*

01/12/2008

Mencintai Mereka

Lewat bilangan hari yang panjang, kita telah berdoa dan memohon kepada Allah yang maha tinggi agar hari itu sampai, yakni ketika Dia memberi kesempatan, kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk berkhidmat kepada orang2 yang dicintai-Nya. Dan ketika permohonan seperti ini layak untuk dikabulkan-Nya, maka kita akan pergi kemana saja dimana perkhidmatan dapat kita lakukan tanpa satupun halangan yang berarti.

Mencintai orang2 yang dicintai Allah adalah bagian dari kecintaan kita kepada Allah. Dapat berkhidmat kepada mereka yang dicintai Allah adalah sungguh menguntungkan pelakunya, siapapun dia. Secara zhahir kita memang lelah, akan tetapi kelelahan2 semacam ini pasti akan Allah ganti dengan kebaikan2 yang dapat kita rasakan sesudah kita berkhidmat kepada mereka.

Lalu bagaimana kita tahu sosok2 yang dicintai Allah? Kita sememangnya tidak mengetahui apa2, kecuali apa saja yang sudah diterangkan atau dijelaskan-Nya kepada kita. Allah-lah yang mengetahui apa saja yang tidak diketahui oleh makhluk2-Nya. Dia bahkan mengetahui sebelum adanya yang disebut sesuatu. Untuk itu memohon kepada Allah yang maha tahu, meski untuk satu pengetahuan, tidak akan menambah kecuali kita akan memiliki pengetahuan itu. Dan bila kita memohon kepada Allah untuk mengetahui siapa2 saja yang dicintai-Nya, maka Dia sendiri akan menyelipkan kepahaman kepada kita. Hati kita menyimpulkan demikian, manakala kita berhadapan dengan mereka.

Mungkin agak sulit untuk diungkapkan, karena mereka adalah orang2 yang sama seperti kita dalam kesehariannya. Di antara mereka ada yang muda dan ada yang tua. Ada yang kaya, ada pula yang miskin. Ada yang terpelajar, ada pula yang tidak. Ada yang berkedudukan, ada pula yang berasal dari kelas bawah. Ada yang sopan, ada pula yang (se-olah2) tidak santun. Ada yang lembut dan pemaaf, ada pula yang se-akan2 kasar dan pemarah. Kita dihadapkan kepada mereka yang memiliki ber-macam2 tabiat dan perilaku. Namun demikian, hati kita akan 'mendengar' bisikan bahwa mereka adalah orang2 yang dicintai Allah. Hanya satu tanda bagi kita untuk mengenali mereka, yakni bahwa kita sedang berkhidamat kepada mereka.

Banyak keadaan dimana kesalahpahaman2 kecil menjadikan kita berkelahi. Kita juga mengetahui bahwa seringkali niat baik kita tidak selalu dibalas dengan cara yang baik. Hal ini berlaku, tidak saja karena ketidaktahuan mereka cara untuk membalas budi, tetapi termasuk di dalamnya adalah kebodohan kita dalam mewujudkan niat yang baik. Bila kita cukup cerdas secara emosi, maka malapetaka tidak akan pernah mau mengikuti perselisihan diantara kita. Hanya mereka yang segera memohon maaf atau memberi kemaafan yang dapat mengenakan busana sebagaimana yang dimiliki dan dikenakan Allah yang maha pemaaf.

Mereka yang kerapkali berbuat dosa, seringkali kita dapatkan bahwa Allah masih melindunginya. Allah terlalu lembut untuk tidak mengasihi ciptaan-Nya sendiri. Lalu, bagaimana pula bila orang tersebut mencintai Allah dengan segenap jiwa raganya, dia selalu memuji Allah dengan ucapan2-nya, dia selalu membela Allah dengan hartanya, dia selalu mengingat Allah dengan waktunya, dia selalu membantu Allah dengan fikirnya atau dia selalu memuliakan Allah dengan kemampuannya? Pasti dan pasti, Allah akan mencintainya.
Ini adalah bagian dari perkara hikmah. Barangkali karena kita belum memilikinya, maka kesalahpahaman2 acapkali timbul di antara kita. Bahkan, karena ketiadaan hikmah, kita seringkali jatuh kedalam kehinaan hanya ‘gara2’ kita merendahkan saudara kita sendiri. Sesungguhnya hikmah adalah milik orang2 yang beriman. Maka barang siapa yang menemukannya, dialah yang paling berhak untuk memilikinya.

Subhanallah
*

17/11/2008

Kerisauan Ali dari Chili

Di Chili ada beberapa beberapa tempat ibadah tua yang dibangun dengan model masjid, lengkap dengan kubah dan menaranya, bahkan arahnya ke ka’bah (Mekkah). Sekitar 200 tahun yang lalu warga Chili telah membina bangunan2 semacam ini. Pertanyaannya adalah kenapa demikian? Bila mereka bukan muslim, apa keuntungan mereka berbuat seperti itu. Mestinya mereka tidak bermaksud menarik simpati kaum muslimin, karena saat itu di sana tentu jumlah muslim minim sekali secara statistik (atau mungkin juga tidak ada). Bila mereka muslim, kenapa mereka melakukan ritual agama lain?

Arsitek2 dari gedung2 tersebut mestinya adalah mereka yang suka kepada Islam. Akan tetapi bila hanya arsitek yang suka tapi tidak ada dukungan jamaahnya, tentu hal inipun tidak akan terwujud. Maka bangunan2 yang dibina sedemikian rupa adalah hasil kesepakatan dari seluruh jamaahnya. Perkiraan yang paling mungkin adalah bahwa mereka adalah orang2 Islam yang tidak tahu-menahu tentang apa dan bagaimana agama ini dapat diamalkan. Kisah2 seperti ini nyatanya banyak kita jumpai bila kita rajin bergerak di setiap penjuru dunia.

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa bila penduduk suatu negeri tidak lagi beriman dan bertakwa kepada Allah, padahal Allah mencintai mereka karena agama ini (Islam), maka Allah sendiri yang akan menggantikan mereka dengan kaum lain yang lebih baik dan lebih berkualitas. Tidak menjadi masalah apakah kaum pengganti tersebut ada di negeri yang sama atau di negeri yang berbeda. Dan bagian dari keputusan Allah adalah bahwa Dia ‘membuang’ siapa saja yang punya potensi namun tidak berguna. Ini satu pelajaran yang mahal, bahwa bila suatu kaum terlena dengan kesibukan dunia hingga tidak ada sedikitpun masa bagi kerja nubuwah, maka Allah sendiri yang akan ‘membuangnya'. Dibuang, karena memang tidak ada gunanya lagi untuk kebaikan manusia.

Pada masa2 sulit, yakni ketika Allah memberi peringatan kepada kaum muslimin di negeri Tarikh bin Ziyad, Andalusia, Dia telah menyelamatkan sebagian kecil dari mereka dari kemusnahan total. Siapa saja yang diselamatkan-Nya akan kita jumpai dari deretan nama2 keluarga yang sekarang ada di sana dan juga yang ada di Chili.

Ali Nooramboea adalah seorang yang berperawakan agak kecil dengan kulit berwarna putih bersih. Dia berasal dari Chili, Amerika Selatan. Dia beruntung dan bersyukur kepada Allah karena dia dan keluarganya ada dalam penjagaan Allah untuk tetap berada pada iman yang hak. Menurut cerita yang dituturkan secara turun temurun, generasi2 awal (atau moyang2) sebagian dari mereka adalah kaum muslim.

Nooramboea adalah salah satu nama keluarga yang sudah ratusan tahun ‘eksis’ di negeri Andalusia. Asalnya adalah Nuur (Cahaya, dalam bahasa Arab), namun keadaan telah menjadikan mereka membuat keputusan untuk menyamarkannya kepada bahasa lain (tempatan). Banyak nama2 keluarga yang akarnya berasal dari kata2 Arab. Sayangnya, ketidakpedulian mereka menjadikan sebagian dari mereka tidak lagi mengenal asal-usul mereka, hingga sebagian dari mereka migrasi ke Amerika Selatan. Dan malangnya, mereka meninggalkan dakwah (meski di dalam lingkup keluarga) hingga mereka tidak lagi mengetahui agama yang benar.

Mereka adalah muslim2 yang tidak tahu lagi agamanya. Lalu, siapakah yang akan bertanggung-jawab untuk mengingatkan mereka? Ini adalah peluang dalam kerja nubuwah. Allah berikan kerja ini sebagai satu kehormatan bagi ummat ini. Setiap mukmin, setiap dari kita, punya tanggung jawab atas keselamatan saudara2 kita sendiri, tidak hanya pada daerah2 yang dilanda perang. Untuk itu, sudah selayaknya bagi setiap orang2 yang takut kepada Rabb mereka, menyatakan, “Ini adalah tanggung jawab saya.” Bila demikian, maka tidak seorangpun yang layak memberikan tanggung-jawabnya kepada orang lain, kecuali bila dia bersedia untuk dihinakan dan dikenal sebagai orang yang tidak bertanggung-jawab di dunia dan di akhirat.

Subhanallah
*

Doa Jodoh

Alhamdulillah. Nabi Musa (as) berdoa, "Robbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqier." Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhny...